Tafsir Fushshilat Ayat 1-12

Surah Fushshilat (Yang Dijelaskan)

Surah ke-41. 54 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-8: Al Qur’anul Karim dan pengaruhnya dalam kehidupan manusia, kebenaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ancaman bagi kaum musyrik, dan kemuliaan yang diberikan kepada kaum mukmin.

حم (١) تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٢) كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٣) بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لا يَسْمَعُونَ (٤) وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ (٥) قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ (٦) الَّذِينَ لا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ (٧) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (٨)

Terjemah Surat Fushshilat Ayat 1-8

1. Haa Miim[1].

2. [2](Al Qur’an ini) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

3. [3]Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan[4], bacaan dalam bahasa Arab[5], untuk kaum yang mengetahui[6],

4. Yang membawa berita gembira dan peringatan[7], tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mau mendengarkan[8].

5. Dan mereka[9] berkata[10], "Hati kami sudah tertutup[11] dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat[12], dan antara kami dan engkau ada dinding[13], karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)."

6. Katakanlah (Muhammad)[14], "Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa[15], karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya[16] dan [17]mohonlah ampunan kepadanya. [18]Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya)[19],

7. (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat[20] dan mereka ingkar terhadap kehidupan akhirat[21].

8. [22]Sesungguhnya orang-orang yang beriman[23] dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya[24].”

Ayat 9-12: Kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala tampak terlihat pada penciptaan langit, bumi dan apa yang ada pada keduanya, dan bahwa segala sesuatu tunduk kepada perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ (٩) وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ (١٠) ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ (١١) فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (١٢)

Terjemah Surat Fushshilat Ayat 9-12

9. [25]Katakanlah, "Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua hari[26] dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam.”

10. Dan Dia ciptakan padanya (bumi) gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan Dia berkahi[27], dan Dia tentukan padanya makanan-makanan (bagi penghuni)nya[28] dalam empat hari[29]. Memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya[30].

11. Kemudian[31] Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap[32], lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, "Kami datang dengan patuh.”

12. Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua hari[33]. Dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing[34]. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi) Kami hiasi dengan bintang-bintang[35], dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah[36] ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa[37] lagi Maha Mengetahui[38].

KANDUNGAN AYAT 

[1] Lihat tafsirnya di ayat pertama surah Al Baqarah.

[2] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya bahwa kitab-Nya yang agung ini turun dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dimana rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, dan di antara rahmat-Nya yang paling agung dan paling besar adalah dengan menurunkan kitab tersebut yang daripadanya keluar berbagai ilmu, petunjuk, cahaya, penyembuh, rahmat dan kebaikan yang banyak yang merupakan nikmat paling besar kepada hamba-hamba-Nya, dan ia merupakan jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.

[3] Selanjutnya Allah memuji kitab-Nya karena begitu jelasnya.

[4] Dengan hukum-hukum, kisah-kisah dan nasihat-nasihat. Syaikh As Sa’diy, menafsirkan kata “fushshilat” dengan dipisahkan segala sesuatu secara sendiri-sendiri. Hal ini menunjukkan penjelasannya yang sempurna, pemisahan antara yang satu dengan yang lain, serta memisahkan berbagai hakikat.

[5] Yakni dengan bahasa Arab yang fasih lagi sempurna.

[6] Maksudnya, agar jelas bagi mereka maknanya sebagaimana jelas lafaznya dan agar jelas petunjuk dari yang sesat. Adapun orang-orang yang jahil (tidak mengetahui), maka petunjuk tidaklah menambah mereka selain kesesatan dan penjelasan tidaklah menambah bagi mereka selain kebutaan, maka ayat ini tidaklah diarahkan untuk mereka, karena sama saja bagi mereka baik engkau berikan peringatan atau tidak, mereka tidak juga akan beriman.

[7] Yakni sebagai pemberi kabar gembira dengan pahala baik cepat atau lambat, serta pemberi peringatan dengan azab baik cepat atau lambat. Demikian pula merincikannya, menyebutkan sebab maupun sifat yang membuat mereka memperoleh berita gembira atau peringatan itu. Sifat demikian yang dimiliki kitab ini mengharuskan kitab tersebut diterima, diikuti, diimani dan diamalkan, akan tetapi kebanyakan manusia berpaling darinya dengan sikap sombong.

[8] Maksudnya tidak mendengarkan yang membuat mereka menerima dan mengikuti, mereka hanya mendengarkan sebagai penegak hujjah bagi mereka.

[9] Yang berpaling sambil menerangkan bahwa mereka tidak dapat mengambil manfaat darinya karena pintu-pintu ke arahnya telah mereka tutup.

[10] Kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[11] Sehingga kami tidak dapat memahami.

[12] Sehingga kami tidak dapat mendengarkan.

[13] Sehingga kami tidak dapat melihat. Maksud dari kata-kata mereka ini adalah, bahwa mereka menampakkan sikap berpaling dari berbagai sisi, menampakkan kebencian terhadapnya dan ridha dengan apa yang mereka pegang selama ini. Oleh karena itulah mereka berkata, “karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)." Yakni sebagaimana engkau ridha mengamalkan agamamu, maka kami telah ridha mengamalkan agama kami. Hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar telah ditelantarkan oleh Allah, dimana mereka telah ridha dengan kesesatan daripada petunjuk, memilih kekafiran daripada keimanan serta menjual akhirat dengan dunia.

[14] Kepada mereka.

[15] Yakni inilah sifatku dan tugasku, yaitu aku hanyalah manusia seperti kamu, aku tidak berkuasa apa-apa dan tidak mampu mengabulkan permintaan kamu untuk menyegerakan azab, aku hanyalah seorang yang telah dilebihkan Allah dengan wahyu dari-Nya yang memerintahkan aku untuk mengikutinya dan mengajak kamu kepadanya. Di antara isi wahyu itu -dan inilah yang paling pokok- adalah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa yang mengharuskan kamu beribadah kepada-Nya.

[16] Yakni tempuhlah jalan yang lurus yang menyampaikan kamu kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu dengan beribadah kepada-Nya, membenarkan wahyu yang diturunkan-Nya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan tetap terus di atasnya. Dalam ayat ini terdapat peringatan agar berbuat ikhlas, dan bahwa orang yang beramal hendaknya menjadikan maksud dan tujuannya adalah sampai kepada Allah dan kepada kampung akhirat sehingga dengan begitu amalnya ikhlas, saleh dan bermanfaat. Jika tidak demikian, maka amalnya akan batal.

Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Ayat di atas “Istiqomahlah dan mintalah ampun kepada-Nya” merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon ampunan Allah). Istighfar itu sendiri mengandung taubat dan istiqomah (di jalan yang lurus).” [Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 246]

[17] Oleh karena seorang hamba meskipun telah berusaha untuk istiqamah (tetap di atas syariat-Nya), namun masih saja dalam menjalankannya terdapat kekurangan dalam melaksanakan perintahnya atau bahkan terkadang jatuh ke dalam maksiat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk mendatangi obatnya, yaitu istighfar dan tobat.

[18] Selanjutnya Allah mengancam orang yang meninggalkan istiqamah secara keseluruhan.

[19] Yaitu mereka yang menyembah selain-Nya, sesuatu yang tidak memberi manfaat dan menolak bahaya, tidak mampu menghidupkan dan mematikan serta membangkitkan, dan mereka mengotori dirinya dengan dosa-dosa dan maksiat.

[20] Yakni tidak membersihkan dirinya dengan tauhid dan ikhlas kepada Allah, tidak melaksanakan shalat dan tidak menunaikan zakat. Mereka tidak berbuat ikhlas kepada Allah dengan tauhid dan shalat, serta tidak memberi manfaat kepada manusia dengan zakat dan lainnya.

[21] Yakni mereka tidak beriman kepada kebangkitan, surga dan neraka, sehingga hilanglah rasa takut kepada azab neraka dan mereka pun berani mengerjakan hal yang membahayakan diri mereka di akhirat.

[22] Setelah Allah menyebutkan orang-orang kafir, maka Dia menyebutkan orang-orang mukmin, menyifati mereka dan menyebutkan balasan yang akan diberikan untuk mereka.

[23] Yakni kepada kitab ini (Al Qur’an) dan kepada semua yang wajib diimani yang diserukan oleh kitab tersebut. Mereka juga membenarkannya dengan amal saleh yang mencakup ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti rasul).

[24] Yakni yang tidak habis-habisnya, bahkan tetap terus sepanjang waktu, bertambah di setiap saat dan menghimpun semua kesenangan dan kenikmatan.

[25] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingkari dan menganggap aneh kekafiran orang-orang kafir yang mengadakan tandingan bagi-Nya, yang menyekutukan Allah dengan mereka (tandingan-tandingan) serta berani mengorbankan sesuatu untuk mereka serta menyamakan mereka (tandingan-tandingan) itu dengan Rabbul ‘aalamin; Tuhan Yang Maha Pemurah Yang menciptakan bumi yang besar dalam dua hari lalu membentangkannya dalam dua hari, yaitu dengan menjadikan gunung-gunung di atasnya agar bumi tidak goyang, menyempurnakan penciptaannya serta menyiapkan makanan-makanan bagi penghuninya dan keperluan lainnya, sehingga jumlah hari keseluruhannya adalah empat hari (hari Ahad, Senin, Selasa dan Rabu).

[26] Yaitu hari Ahad dan hari Senin.

[27] Seperti dengan banyak air, tanaman, dan lain-lain.

[28] Manusia dan hewan.

[29] Yaitu hari Selasa dan hari Rabu, ditambah dengan dua hari sebelumnya (hari Ahad dan Senin).

[30] Kalimat “Sawaa’allis saa’iliin” bisa juga diartikan, “sebagai jawaban bagi orang-orang yang bertanya tentang itu.” Oleh karena itu, tidak ada yang dapat memberitakan seperti pemberitaan Allah Yang Maha Mengetahui, berita tersebut adalah berita yang benar yang tidak ditambah dan tidak dikurang.

[31] Setelah Allah menciptakan bumi.

[32] Yang membumbung di atas permukaan air.

[33] Yaitu hari Kamis dan Jum’at. Dengan demikian Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (dimulai dari hari Ahad dan berakhir sampai hari Jum’at), sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari.” (Terj. Al A’raaf: 54) Meskipun begitu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mampu menciptakan semua itu hanya sekejap, akan Dia Mahabijaksana lagi Mahalembut. Oleh karena kebijaksanaan dankelembutan-Nya, maka Dia menciptakannya dalwam waktu tersebut.

Faedah/catatan:

Dalam surah An Naazi’at: 30 diterangkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala setelah menyebutkan penciptaan langit, Dia berfirman, “Dan bumi setelah itu dihamparkan-Nya.” Zhahir ayat di atas dengan surah An Naazi’at ayat 30 tersebut tampak bertentangan, padahal kitab Allah tidak ada pertentangannya. Jawaban terhadap kemusykilan ini adalah seperti yang diterangkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berikut.

Imam Bukhari menyebutkan dari Sa’id bin Jubair ia berkata: Seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, “Sesungguhnya aku menemukan dalam Al Qur’an beberapa hal yang bertentangan menurutku, yaitu ayat, “Apabila sangkakala ditiup maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya.” (Al Mu’minun: 101), dengan ayat, “Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya-tanya.” (Ath Thur: 25). Firman Allah Ta’ala, “Dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.” (An Nisaa’: 42) dengan ayat, “Demi Allah, Tuhan kami, tidaklah kami mempersekutukan Allah.” (Al An’aam: 23), dalam ayat ini mereka menyembunyikan (kebohongan)nya. Demikian pula firman Allah Ta’ala, “Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,…dst. Sampai ayat, ”Dan bumi setelah itu dihamparkan-Nya--31. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” (An Naazi’aat: 27-31), Allah menyebutkan penciptaan langit sebelum penciptaan bumi, sedangkan (di ayat lain) Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Katakanlah, "Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua hari…dst. Sampai firman Allah Ta’ala, “dengan patuh.” (Fushshilat: 9-11) di ayat ini Allah menyebutkan penciptaan bumi sebelum penciptaan langit. Demikian pula pada firman Allah Ta’ala, “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” “Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,” dan firman-Nya, ”Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Seakan-akan ia (sifat itu) ada lalu hilang.”

Ibnu Abbas menjawab,

“(Firman Allah), “Apabila sangkakala ditiup maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya.” Adalah pada saat tiupan sangkakala pertama sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.” (Az Zumar: 68) sedangkan pada tiupan yang lain (yang kedua), (Allah berfirman), “Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya-tanya.”

Firman Allah, “Demi Allah, Tuhan kami, tidaklah kami mempersekutukan Allah.” dan, ”Dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.” Maka sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa orang-orang yang ikhlas, lalu orang-orang musyrik berkata, “Mari (bersama kami) mengatakan, “Kita tidak berbuat syirk.” Lalu ditutuplah mulut mereka, maka tangan merekalah yang bicara. Ketika itu orang itu mengetahui bahwa ia tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.” Saat itu, “Orang-orang kafir …dst.(lihat An Nisaa’: 42)

(Masalah selanjutnya), Allah menciptakan bumi dalam dua hari, kemudian menciptakan langit; Dia menuju ke langit dan menjadikannya (tujuh langit) dalam dua hari yang lain. Kemudian Dia membentangkan bumi, dan membentangkan itu maksudnya dengan mengeluarkan mata airnya, menumbuhkan tumbuhan-tumbuhannya, menciptakan gunung-gunung, pasir, benda mati, dan bukit-bukit dan antara keduanya, hal itu dalam dua hari yang lain. Itulah firman Alah Ta’ala, “Dahaahaa” (dihamparkan-Nya).

Firman Allah, “yang menciptakan bumi dalam dua hari,” Dia menciptakan bumi dan sesuatu yang ada di sana dalam empat hari, serta menciptakan langit dalam dua hari.

(Firman Allah), “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dia menamai Diri-Nya dengannya, dan itulah firman-Nya, yakni Dia senantiasa seperti itu, karena Allah Ta’ala tidaklah menginginkan sesuatu kecuali Dia kenakan yang Dia inginkan itu, maka jangan ada lagi pertentangan dalam Al Qur’an pada dirimu, karena semuanya berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla.”

Syaikh As Sa’diy juga menyebutkan hal yang sama, ia menyebutkan pendapat mayoritas kaum salaf, bahwa penciptaan bumi dan pembentukannya lebih dulu daripada penciptaan langit sebagaimana dalam ayat di atas (9 s.d 11 surah Fushshilat), adapun pembentangan bumi, yaitu dengan mengeluarkan mata airnya, menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, menancapkan bumi dan seterusnya, maka ia setelah menciptakan langit sebagaimana di surah An Naazi’at. Oleh karena itu di surah An Naazi’at Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Wal ardha ba’da dzaalika dahaahaa—akhraja minhaa maa’ahaa wa mar’aahaa.” tidak berfirman, “Wal ardha ba’da dzaalika khalaqahaa” (dan bumi setelah itu diciptakan-Nya).

[34] Maksudnya menurut Jalaaluddin Al Mahalliy adalah, bahwa Dia memerintahkan penghuni masing-masingnya agar taat dan beribadah kepada-Nya. Menurut Syaikh As Sa’diy, bahwa Allah mewahyukan perintah dan aturan yang layak baginya yang sesuai dengan kebijaksanaan Allah Tuhan yang Mahabijaksana, wallahu a’lam.

[35] Yaitu bintang-bintang yang bersinar serta dapat dipakai petunjuk, sebagai penghias langit luar dan dalam, luarnya tampak indah dengan kilauan bintang-bintang, dan dalamnya sebagai pelempar bagi setan yang hendak mencuri berita di langit.

[36] Yakni bumi dan apa saja yang ada di dalamnya serta langit dan apa saja yang ada di dalamnya.

[37] Dengan keperkasaan-Nya, Dia tundukkan segala sesuatu, Dia atur dan Dia ciptakan semua makhluk.

[38] Ilmu-Nya meliputi semua makhluk, yang tersembunyi maupun yang tampak.

Dengan demikian, sikap orang-orang musyrik yang meninggalkan berbuat ikhlas Kepada Tuhan Yang Maha Agung ini adalah sikap yang paling aneh, terlebih mereka mengadakan tandingan untuk-Nya dengan sesuatu yang memiliki kekurangan dari berbagai sisi. Oleh karena itu, tidak ada obat untuk mereka itu jika tetap berpaling selain hukuman di dunia dan akhirat. Oleh karena itulah pada ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancam mereka dengan firman-Nya, “Fa in a’radhuu…dst.”

Related Posts:

0 Response to "Tafsir Fushshilat Ayat 1-12"

Post a Comment