Tafsir Al A’raaf Ayat 31-41

Ayat 31-34: Perintah menutup aurat, menjaga penampilan yang baik di masyarakat dan bolehnya bersenang-senang dengan rezeki yang halal dan baik

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١) قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٣٢) قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٣) وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (٣٤)

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 31-34

31.[1] Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus[2] pada setiap (memasuki) masjid[3], makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan[4]. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan[5].

32. Katakanlah (Muhammad)[6], "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya[7] dan rezeki yang baik-baik?" Katakanlah, "Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia[8], dan khusus (untuk mereka saja) pada hari kiamat[9]. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui.

33. Katakanlah (Muhammad), "Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji[10] yang terlihat[11] dan yang tersembunyi[12], perbuatan dosa[13], perbuatan zalim (kepada manusia)[14] tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu[15], dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui[16]."

34.[17] Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu)[18]. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.

Ayat 35-37: Pengutusan para rasul sebagai penegakkan hujjah atas manusia dan penjelasan tentang zalimnya orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aala

يَا بَنِي آدَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٣٥) وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٣٦) فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ أُولَئِكَ يَنَالُهُمْ نَصِيبُهُمْ مِنَ الْكِتَابِ حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ قَالُوا أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ (٣٧)

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 35-37

35.[19] Wahai anak Adam! Jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barang siapa bertakwa[20] dan mengadakan perbaikan[21], maka tidak ada rasa takut pada mereka[22], dan mereka tidak bersedih hati[23].

36. Tetapi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami[24] dan menyombongkan diri terhadapnya[25], mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

37. Siapakah yang lebih zalim[26] daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah[27] atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya[28]? Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam kitab (Lauh Mahfuzh[29]); sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya. Mereka (para malaikat) berkata[30], "Manakah sesembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?"[31] Mereka (orang musyrik) menjawab, "Semuanya telah lenyap dari kami." Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri[32]bahwa mereka adalah orang-orang kafir.

Ayat 38-41: Di antara peristiwa yang akan disaksikan pada hari Kiamat, kehinaan orang-orang kafir dan tidak dikabulkannya doa mereka

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ فِي النَّارِ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا حَتَّى إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لأولاهُمْ رَبَّنَا هَؤُلاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لا تَعْلَمُونَ (٣٨) وَقَالَتْ أُولاهُمْ لأخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (٣٩) إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ (٤٠) لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (٤١

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 38-41

38. Allah berfirman, "Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan jin dan manusia yang telah lebih dahulu dari kamu. Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya, sehingga apabila mereka telah masuk semuanya[33], berkatalah orang yang (masuk) belakangan[34](kepada) orang yang (masuk) terlebih dahulu[35], "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami[36], datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka." Allah berfirman, "Masing-masing mendapatkan (siksaan) yang berlipat ganda, tapi kamu tidak mengetahui.”

39. Dan orang yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan, "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami[37]. Maka rasakanlah azab itu karena perbuatan yang telah kamu lakukan.”

40. Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya[38], tidak akan dibukakan pintu-pintu langit[39] bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum[40]. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.

41. Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka)[41]. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim[42]

PENJELASAN AYAT

[1] Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata, “Ada wanita yang bertawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang, lalu ia berkata, “Siapa yang mau meminjamkan kepadaku pakaian tawaf?” Untuk dia jadikan penutup farjinya dan ia berkata, “Pada hari ini, sebagiannya nampak atau semuanya. Bagian yang nampak daripadanya, tidak saya halalkan.” Maka turunlah ayat, “Khudzuu ziinatakum ‘inda kulli masjid.”

Hadits ini dinisbatkan oleh Ibnu Katsir kepada Nasa’i dan Ibnu Jarir (juz 8 hal. 160) dan diriwayatkan oleh Al Waahidiy dalam Asbaabunnuzul. Hakim juga menyebutkan di juz 2 hal. 319-320 dari jalan Syu’bah, di sana disebutkan turunnya ayat ini, “Qul man harrama ziinatallah…dst.” Hakim berkata, “Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, namun keduanya tidak menyebutkan”, dan didiamkan oleh Adz Dzahabi. Mungkin saja kedua ayat ini turun karena sebab tersebut, walahu ‘alam.

[2] Yang menutupi auratmu.

[3] Maksudnya setiap akan mengerjakan shalat atau thawaf keliling ka'bah atau ibadah-ibadah yang lain. Ayat ini memerintahkan untuk menutupi aurat, karena menutupnya menghiasi badan sebagaimana menanggalkannya menjadikan buruk bagi badan. Dalam ayat ini terdapat perintah menutup aurat ketika shalat dan dalam menjalankan ibadah lainnya, perintah berhias dan membersihkan pakaian dari kotoran dan najis.

[4] Maksudnya janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan kepada yang diharamkan. Demikian pula terdapat larangan berlebihan (bermewah-mewahan) dalam hal makan, minum dan berpakaian.

[5] Berlebih-lebihan adalah perkara yang dibenci Allah, membahayakan badan dan penghidupannya, bahkan terkadang membawanya kepada keadaan yang membuatnya tidak sanggup memenuhi kewajiban. Dalam ayat ini terdapat perintah makan dan minum, larangan meninggalkannya dan larangan berlebih-lebihan dalam makan dan minum.

[6] Kepada orang yang membebani diri dan mengharamkan rezeki yang baik-baik yang Allah halalkan.

[7] Seperti pakaian.

[8] Mafhum ayat ini menunjukkan bahwa barang siapa tidak beriman kepada Allah dan menggunakan nikmat-nikmat-Nya untuk bermaksiat, maka ia tidak berhak menikmatinya, bahkan akan diberikan hukuman terhadapnya dan pada hari kiamat kenikmatan yang mereka rasakan akan ditanya.

[9] Maksudnya perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedangkan di akhirat nanti hanya untuk orang-orang yang beriman saja.

[10] Yakni dosa-dosa besar seperti zina, liwath (homoseks), dsb.

[11] Yang terkait dengan anggota badan.

[12] Yang terkait dengan hati, seperti riya’, ujub, sombong, nifak, dsb.

[13] Terkait dengan hak Allah.

[14] Terkait dengan hak mereka.

[15] Padahal yang Dia turunkan alasannya adalah tauhid (mengesakan-Nya dalam beribadah).

[16] Baik dalam nama-nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya atau dalam syari’at-Nya, seperti mengharamkan sesuatu yang tidak diharamkan-Nya, dsb. Dalam ayat ini, Allah melarang beberapa perkara, dari mulai yang ringan hingga yang besar, karena di dalamnya terdapat kerusakan baik sifatnya khusus maupun umum, terdapat kezaliman dan sikap berani kepada Allah, menindas hamba-hamba Allah dan karena di dalamnya terdapat perobahan agama Allah dan syari’at-Nya.

[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah mengeluarkan anak cucu Adam ke bumi dan menempatkan mereka di sana serta menentukan ajal yang tidak maju dan tidak mundur.

[18] Yakni setiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau keruntuhan.

[19] Setelah Allah menempatkan Adam dan keturunannya di muka bumi, Allah menguji mereka dengan pengutusan rasul dan penurunan kitab, di mana rasul tersebut menceritakan kepada mereka ayat-ayat Allah dan menerangkan hukum-hukum-Nya. Selanjutnya, Allah menyebutkan keutamaan orang yang mengikuti seruan para rasul-Nya dan menyebutkan kerugian bagi mereka yang tidak mau mengikuti.

[20] Ada yang mengartikan dengan menjauhi larangan Allah, berupa syirk, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil.

[21] Terhadap amalnya, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.

[22] Sebagaimana rasa takut yang dialami oleh selain mereka.

[23] Terhadap yang telah luput. Ketika rasa takut dan kesedihan sudah hilang, maka akan tercapai keamanan yang sempurna, kebahagiaan dan keberuntungan.

[24] Hati mereka tidak mengimaninya.

[25] Anggota badan mereka tidak mau tunduk kepadanya.

[26] Yakni tidak ada yang lebih zalim.

[27] Seperti menisbatkan sekutu atau anak kepada-Nya atau berkata terhadap Allah tanpa ilmu.

[28] Yaitu Al Qur’an.

[29] Berupa rezeki yang sementara, hidup sampai waktu tertentu dan sebagainya sesuai yang tercatat dalam Al Lauhul Mahfuzh. Mereka hanya bersenang-senang sebentar, dan kemudian mereka akan disiksa selamanya.

[30] Sambil mencela mereka dengan keras.

[31] Apakah mereka dapat memberi manfaat kepadamu atau menghindarkan bahaya?

[32] Ketika matinya.

[33] Yang pertama hingga yang terakhir, para pemimpin dan para pengikut.

[34] Maksudnya para pengikutnya.

[35] Maksudnya para pemimpinnya.

[36] Dengan menghias amal buruk kepada kami.

[37] Maksudnya: kita telah sama-sama tersesat dan telah mengerjakan sebab untuk diazab, lantas apa kelebihan kamu di atas kami? Namun sudah maklum, bahwa azab kepada para pemimpin kesesatan tentu lebih dahsyat daripada kepada para pengikut, sebagaimana nikmat dan pahala yang diperoleh para pemimpin petunjuk lebih besar daripada para pengikut. Oleh karena itu, Allah berfirman:“Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.”(Terj. An Nahl: 88) Ayat ini dan yang semisalnya menunjukkan bahwa orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah akan kekal diazab, meskipun mereka berbeda-beda tingkatan azabnya tergantung amal mereka, sikap keras mereka, kezaliman dan kedustaan mereka, dan bahwa cinta kasih yang sebelumnya terjalin di antara mereka akan berubah pada hari kiamat menjadi permusuhan dan saling laknat-melaknat.

[38] Tidak mau beriman.

[39] Ketika ruh mereka diangkat ke langit, lalu dijatuhkan ke sijjin (bagian bawah bumi), berbeda dengan orang mukmin, pintu langit akan dibukakan untuknya dan ruhnya dinaikkan ke langit menghadap Allah.

[40] Artinya mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang jarum.

[41] Mereka terkepung dalam api neraka

[42] Dengan balasan yang sesuai, dan Allah sama sekali tidaklah berbuat zalim kepada hamba-hamba-Nya.

================================================
Penjelasan Ayat 40-42

MUQADDIMAH
Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla telah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beriman dan beribadah kepada-Nya. Namun di antara mereka ada yang beriman dan ada juga yang kafir. Orang-orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan, sedangkan orang-orang kafir akan mendapat kecelakaan. 

Di antara kecelakaan terbesar bagi orang-orang kafir adalah mereka tidak akan masuk surga, hingga ada onta masuk ke lubang jarum, dan ini mustahil. Sebagaimana Allâh Azza wa Jalla telah memberitakan hakikat ini di dalam ayat-ayat ini.

PENJELASAN AYAT 
Firman Allâh Azza wa Jalla :

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا 

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya 

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata, “Allâh Yang Maha Tinggi sebutan-Nya berfirman, 'Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan' hujjah-hujjah dan dalil-dalil Kami, tidak membenarkannya, dan tidak mengikuti rasul-rasul Kami, 'dan menyombongkan diri terhadapnya,' takabbur dari membenarkannya, enggan mengikuti dan tunduk kepadanya karena sombong.”[1] 

Firman Allâh Azza wa Jalla :

لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ 

Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit. 

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata, “Pintu-pintu langit tidak akan dibukakan bagi mereka untuk ruh-ruh mereka yang keluar dari jasad mereka. Perkataan dan perbuatan dalam kehidupan mereka tidak akan naik menuju Allâh Azza wa Jalla, karena perbuatan-perbuatan mereka itu buruk, sedangkan yang akan diangkat keharibaan Allâh hanyalah perkataan yang baik dan perbuatan yang shâlih, sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ 

Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal yang shalih dinaikkan-Nya. [Fâthir/35:10]”.[2] 

Firman Allâh Azza wa Jalla :

وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

Dan mereka tidak (pula) masuk surga, hingga onta masuk ke lubang jarum. 

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah mereka tidak akan masuk surga selamanya. Karena, jika (penetapan) sesuatu disyaratkan dengan perkara yang mustahil terjadi, maka itu menunjukkan adanya penekanan pada kemustahilannya. Seperti dikatakan (dalam bahasa Arab) ‘aku tidak melakukannya hingga burung gagak beruban, atau hingga aspal menjadi putih’, maksudnya, aku tidak melakukannya selamanya”.[3] 

Firman Allâh Azza wa Jalla :

وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ

Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.

Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah berkata, “Yaitu orang-orang yang banyak kejahatannya dan sikapnya yang melewati batas”.[4] 

Firman Allâh Azza wa Jalla :

لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ

(Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). 

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Allâh menghendaki, neraka meliputi mereka dari seluruh sisi, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ

Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka, dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). [az-Zumar/39:16].[5] 

Firman Allâh Azza wa Jalla :

وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ ﴿٤١﴾ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ 

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zhalim, dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shâlih. 

Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah berkata, “Setelah Allâh menyebutkan hukuman bagi orang-orang yang bermaksiat lagi zhalim, Dia Azza wa Jalla menyebutkan pahala orang-orang yang taat. Allâh berfirman, “Dan orang-orang yang beriman dengan hati mereka dan mengerjakan amal-amal yang shâlih', dengan anggota badan mereka, sehingga mereka menggabungkan antara iman dan amal, antara amal-amal lahir dan batin, antara melakukan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan.”[6] 

Firman Allâh Azza wa Jalla :

لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا 

(Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya). 

Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah berkata, “Karena firman-Nya “mengerjakan amal-amal yang shâlih,” adalah lafazh umum yang mencakup seluruh amal-amal shâlih, baik yang wajib maupun yang mustahab, dan bisa jadi sebagiannya tidak mampu dilakukan oleh seorang hamba, (maka) Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya”, yaitu seukuran dengan kekuatannya, dan tidak berat terhadapnya. Dalam kondisi seperti ini, kewajibannya adalah bertakwa kepada Allâh sesuai dengan kemampuannya, jika tidak mampu melakukan sebagian kewajiban, yang orang lain mampu melakukannya, maka kewajiban itu gugur darinya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا 

Allâh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [al-Baqarah/2:286].

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا 

Allâh tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allâh berikan kepadanya. [ath-Thalâq/65:7].

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ 

Dia sekali-kali Dia (Allâh) tidak menjadikan suatu kesempitan untuk kamu dalam agama. [al-Hajj/22:78]

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ 

Maka bertakwalah kamu kepada Allâh menurut kesanggupanmu. [at-Taghâbun/64:16].

Maka tidak ada kewajiban jika tidak mampu, dan tidak ada yang haram ketika dalam keadaan darurat.”[7] 

Firman Allâh Azza wa Jalla :

أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 

Mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. 

Yaitu mereka tidak akan berpindah darinya dan mereka tidak akan mencari ganti terhadap surga, karena di dalamnya mereka melihat bermacam-macam kelezatan dan perkara-perkara yang disukai yang berada pada puncaknya, dan tidaklah dicari yang lebih tinggi darinya.[8] 

FAIDAH AYAT 
Sangat banyak faidah, pelajaran dan petunjuk dari ayat-ayat ini, antara lain:

1. Mendustakan ayat Allâh Azza wa Jalla dan bersikap arogan terhadapnya merupakan kufur akbar (kekafiran besar). 

2. Penjelasan balasan orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla dan bersikap sombong terhadapnya, balasannya adalah tidak akan masuk surga selamanya.

3. Pintu-pintu langit tidak akan dibukakan untuk untuk ruh-ruh orang-orang kafir ketika mereka mati.

4. Perkataan dan perbuatan orang-orang kafir tidak diterima oleh Allâh, karena di antara syarat diterima amal adalah iman.

5. Kewajiban agama yang tidak mampu dilakukan oleh seorang hamba, maka kewajiban itu gugur darinya.

6. Iman dan amal shalih akan menghantarkan kemuliaan di dunia dan akhirat dan sebab masuk surga.

PERINGATAN
Sebagian orang beranggapan bahwa ayat ke-40 dari surat al-A’râf ini sebagai dalil bahwa “orang-orang Mukmin yang masuk neraka tidak akan keluar selama-lamanya”, maka ini merupakan kesesatan dan kebodohan yang nyata. Karena awal ayat ini jelas menunjukkan bahwa ini balasan untuk orang-orang kafir.

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allâh dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga onta masuk ke lubang jarum.

Karena perbuatan mendustakan ayat-ayat Allâh dan menyombongkan diri terhadapnya adalah kufur akbar (kekafiran yang besar). Sehingga orang-orang kafir akan masuk neraka, dan tidak akan keluar selama-lamanya. Dan ayat ini tidak menunjukkan bahwa semua orang-orang yang masuk neraka tidak akan keluar selama-lamanya. 

Demikian juga anggapan bahwa “orang-orang yang masuk neraka tidak akan keluar selama-lamanya” secara umum, adalah pendapat firqah (golongan sesat) Khawarij dan Mu’tazilah. Sedangkan Ahlus-Sunnah berkeyakinan bahwa orang-orang yang akan memasuki neraka ada dua golongan, yaitu: (1) orang-orang kafir, mereka kekal di dalam neraka, (2) orang-orang mukmin yang berbuat dosa besar, mereka akan keluar dari neraka dan akan masuk surga.

Hadits-hadits yang memberitakan bahwa sebagian orang-orang mukmin akan masuk neraka dengan sebab dosa-dosa mereka, kemudian akan keluar dan masuk surga sangat banyak sekali. Dan hal itu tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur`ân. 

Di antara hadits-hadits tersebut adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ أَوْ قَالَ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ ثُمَّ قِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ 

Adapun penduduk neraka yang mereka merupakan penduduknya, maka sesungguhnya mereka tidak akan mati di dalam neraka dan tidak akan hidup. Tetapi orang-orang yang dibakar oleh neraka dengan sebab dosa-dosa mereka, maka Dia (Allâh) akan mematikan mereka. Sehingga apabila mereka telah menjadi arang, diidzinkan mendapatkan syafa’at. Maka mereka didatangkan dalam keadaan kelompok-kelompok yang berserakan. Lalu mereka ditebarkan di sungai-sungai surga, kemudian dikatakan: “Wahai penduduk surga tuangkan (air) kepada mereka!” Maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya bijian yang ada pada sisa-sisa banjir. [HR Muslim no. 185]. 

Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus, amîn, al-Hamdulillâhi Rabbil-‘alamîn.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVII/1435H/2013M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Tafsir Thabari, 12/421.
[2]. Tafsir ath-Thabari, 12/421.
[3]. Tafsir al-Baghawi, 3/229.
[4]. Taisir Karimir-Rahmân.
[5]. Tafsir al-Baghawi, 3/229.
[6]. Taisir Karimir-Rahmân, 1/289.
[7]. Taisir Karimir-Rahmân.
[8]. Taisir Karimir Rahmân.

========================
USTADZ AGUS SUAIDI 

DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir al Qur'an Surat Al A'raf 33
DOWNLOAD AUDIO : Kajian Tafsir al Qur'an Surat Al A'raf 34-36

Related Posts:

0 Response to "Tafsir Al A’raaf Ayat 31-41"

Post a Comment