Surah Al Fath (Kemenangan)
Surah ke-48. 29 ayat. Madaniyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-4: Perdamaian Hudaibiyah adalah suatu kemenangan yang besar bagi kaum muslimin, kabar gembira kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum mukmin dengan ampunan dan ketenangan jiwa.
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (١) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (٢)وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (٣)هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (٤)
Terjemah Surat Al Fath Ayat 1-4
1. [1]Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata[2].
2. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya[3] atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus[4],
3. dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)[5].
4. [6]Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada)[7]. Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi[8], dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Ayat 5-9: Kaum mukmin akan dimasukkan ke surga dan ancaman yang disiapkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk kaum munafik dan kaum musyrik.
لِيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَكَانَ ذَلِكَ عِنْدَ اللَّهِ فَوْزًا عَظِيمًا (٥) وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (٦) وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (٧) إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (٨) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا (٩)
Terjemah Surat Al Fath Ayat 5-9
5. [9]Agar Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka[10]. Dan yang demikian itu[11] menurut Allah suatu keuntungan yang besar[12],
6. dan Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan (juga) orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah[13]. Mereka akan mendapat giliran (azab) yang buruk[14], dan Allah murka kepada mereka[15] dan mengutuk mereka[16] serta menyediakan neraka Jahannam bagi mereka. Dan (neraka Jahannam) itu seburuk-buruk tempat kembali.
7. Dan milik Allah bala tentara langit dan bumi[17]. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[18].
8. Sungguh, Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi[19], pembawa berita gembira[20] dan pemberi peringatan[21],
9. agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya[22], dan bertasbih kepada-Nya[23] pagi dan petang[24].
[1] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Habib bin Abi Tsabit ia berkata, “Aku mendatangi Abu Wa’il untuk bertanya kepadanya, lalu ia berkata, “Kami berada di Shiffin, lalu ada seorang yang berkata, “Tidakkah engkau melihat orang yang diajak kepada kitab Allah Ta’ala.” Maka Ali berkata, “Ya (aku lebih berhak kembali kepadanya).” Sahl bin Hunaif berkata (kepada orang-orang yang mengusulkan dilanjutkan peperangan), “Salahkanlah diri kamu! Sungguh, kami telah menyaksikan keadaan kami pada hari Hudaibiyah –yakni perjanjian damai yang terjadi antara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kaum musyrik-, kalau sekiranya kami melihat bahwa berperang (lebih baik), tentu kami melakukannya.” Kemudian (ketika itu) Umar datang dan berkata, “Bukankah kita di atas yang hak, sedangkan mereka di atas yang batil, dan bukankah orang yang terbunuh di antara kita di surga dan orang yang terbunuh di antara mereka di neraka?” Beliau menjawab, “Ya.”Ia (Umar) berkata, “Lalu mengapa kita memberikan kerendahan dalam agama kita dan kita pulang, sedangkan Allah belum memberikan keputusan di antara kita?” Beliau menjawab, “Wahai Ibnul Khaththab, sesungguhnya aku Rasulullah dan Dia tidak akan menyia-nyiakan aku selamanya.” Maka Umar kembali dalam keadaan marah, dan tidak sabar sampai ia datang kepada Abu Bakar, dan berkata, “Wahai Abu Bakar! Bukankah kita di atas yang hak, sedangkan mereka di atas yang batil?” Abu Bakar menjawab, “Wahai Ibnul Khaththab! Sesungguhnya Beliau adalah Rasulullah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan Beliau selamanya.” Maka turunlah surah Al Fat-h. (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, dan di sana disebutkan, “Maka turunlah Al Qur’an kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau mengirim seseorang kepada Umar untuk membacakan surah itu kepadanya. Maka Umar berkata, “Wahai Rasulullah, apakah itu pertanda kemenangan?” Beliau menjawab, “Ya.” Maka senanglah hatinya.)
[2] Menurut Pendapat sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan kemenangan itu ialah kemenangan penaklukan Mekah, dan ada yang mengatakan penaklukan negeri Rum dan ada pula yang mengatakan perdamaian Hudaibiyah. tetapi kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud di sini ialah perdamaian Hudaibiyah. Menurut Syaikh As Sa’diy, Kemenangan yang disebutkan ini adalah perdamaian Hudaibiyah saat orang-orang musyrik menghalangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang berumrah ke Mekah, dimana hal ini berujung dengan diadakan perjanjian damai antara Beliau dengan kaum musyrik selama sepuluh tahun, dan Beliau harus berumrah pada tahun depan, dan bahwa siapa saja yang ingin masuk ke dalam ikatan dan sekutu orang-orang Quraisy silahkan masuk ke dalamnya, dan barang siapa yang ingin masuk ke dalam ikatan dan sekutu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka silahkan masuk ke dalamnya. Dengan sebab itu, orang-orang merasakan kemananan dan dakwah kepada agama Allah semakin meluas, setiap mukmin dapat dengan bebas melakukannya, dan orang yang ingin mengetahui hakikat Islam dapat mengetahuinya sehingga pada masa itu banyak orang-orang yang memeluk Islam. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menamainya dengan kemenangan dan menyifatinya bahwa kemenangan tersebut adalah kemenangan yang nyata, yakni jelas. Hal itu, karena maksud menaklukkan negeri-negeri orang-orang musyrik adalah untuk menguatkan agama Allah dan memenangkan kaum muslimin, dan hal ini tercapai dengannya. Dari Fath-h (kemenangan) ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewujudkan beberapa hal, firman-Nya, “Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus,”Hal itu –wallahu a’lam- disebabkan ketaatan yang banyak yang dihasilkannya, dan masuknya manusia ke dalam agama Allah dalam jumlah besar, dan karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam siap memikul syarat-syarat yang tidak ada yang sabar kecuali para rasul ulul ‘azmi, dan hal ini termasuk keutamaan dan kemulian Beliau yang besar, bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah mengampuni dosa-dosa Beliau yang lalu maupun yang akan datang.
[3] Dengan menguatkan agama-Nya, menolong Beliau terhadap musuh-musuhnya dan menjadikan kalimat-Nya tinggi.
[4] Dimana dengannya seseorang akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal dan keberuntungan yang selamanya.
[5] Sehingga Islam tidak menjadi rendah, bahkan akan menang, dan orang-orang kafir akan terkalahkan, hina dan rendah, sedangkan kaum muslimin semakin kuat, banyak jumlahnya dan berkembang.
[6] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan atsar (pengaruh) dari fat-h tersebut.
[7] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan nikmat-Nya kepada kaum mukmin dengan menurunkan ketenangan ke dalam hati mereka dan keteguhan ketika menghadapi ujian dan cobaan serta perkara-perkara yang sulit yang mengacaukan hati dan menggelisahkan pikiran serta melemahkan jiwa. Termasuk nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-Nya dalam kondisi ini adalah diteguhkan-Nya hati mereka serta diturunkan-Nya ketenangan agar siap menerima beban-beban yang berat itu dengan hati yang kokoh dan jiwa yang tenang, sehingga hamba-Nya siap menegakkan perintah Allah dalam keadaan ini, imannya menjadi bertambah dan keyakinannya menjadi sempurna.
Para sahabat radhiyallahu 'anhum ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang musyrik yang tampaknya merendahkan kemuliaan mereka, dimana hal itu membuat hati setiap orang menjadi tidak kuat bersabar, namun ketika mereka bersabar dan menyiapkan hati mereka untuknya, maka iman mereka menjadi bertambah.
[8] Yakni semuanya milik-Nya, di bawah kepengaturan-Nya dan kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, orang-orang musyrik jangan mengira bahwa Allah tidak akan menolong agama-Nya dan nabi-Nya, akan tetapi Allah Subhaanahu wa Ta'aala Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Hikmah-Nya menghendaki adanya penggiliran bagian pada manusia dan ditunda-Nya kemenangan kaum mukmin sampai waktu tertentu.
Adapun yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang diadakan Allah untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin topan dan sebagainya. Yakni jika Dia ingin membela agama-Nya dengan selain kaum mukmin, Dia juga bisa.
[9] Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Anas, bahwa ayat ini turun kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat Beliau pulang dari Hudaibiyah, sedangkan para sahabat diliputi kesedihan dan kedukaan, dimana mereka dihalangi dari mendatangi kampung halaman mereka, mereka sembelih hewan hadyu di Hudaibiyah, yaitu ayat, “Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” Sampai ayat, “Shiraatam mustaqiimaa.” Beliau bersabda, “Sungguh, telah diturunkan kepadaku dua ayat yang keduanya lebih baik daripada dunia seluruhnya.” Saat Beliau membacakannya, lalu ada seseorang yang berkata, “Mudah-mudahan hal itu menyenangkanmu wahai Rasulullah, Dia telah menjelaskan kepadamu apa yang Dia lakukan untukmu, lalu apa yang Dia lakukan untuk kami? Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat setelahnya, “Agar Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai….dst.”
[10] Ini merupakan hasil terbesar yang diperoleh kaum mukmin, yakni memperoleh semua yang diinginkan dengan masuk ke surga serta disingkirkan semua yang ditakuti dengan dihapuskan kesalahan-kesalahannya.
[11] Yakni balasan yang disebutkan untuk kaum mukmin itu.
[12] Inilah yang Allah lakukan untuk kaum mukmin.
[13] Yaitu menyangka bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan menolong Rasul-Nya dan kaum mukmin.
[14] Kaum munafik laki-laki maupun perempuan, demikian pula kaum musyrik laki-laki maupun perempuan, maka Allah akan mengazab mereka dan memperlihatkan kepada mereka sesuatu yang menyakitkan mereka, karena maksud mereka adalah agar kaum mukmin terlantar dan karena mereka berprasangka buruk kepada Allah, yakni bahwa Allah tidak akan menolong agama-Nya, tidak akan meninggikan kalimat-Nya, dan bahwa orang yang berada di atas kebatilan akan terus berada di atas orang-orang yang berada di atas yang hak.
[15] Karena perbuatan mereka menentang Allah dan Rasul-Nya.
[16] Yakni menjauhkan mereka dari rahmat-Nya.
[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengulang berita-Nya bahwa milik-Nya kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya agar para hamba mengetahui bahwa Dia Yang memuliakan dan menghinakan, dan bahwa Dia akan menolong orang yang menolong agama-Nya sebagaimana firman-Nya, “Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang,” (Terj. Ash Shaaffaat: 173)
[18] Yakni Dia Mahakuat lagi Maha Mengalahkan. Di samping Dia Mahaperkasa lagi Mahakuat, Dia juga Mahabijaksana dalam ciptaan-Nya dan dalam pengaturan-Nya; sehingga berjalan sesuai hikmah-Nya.
[19] bagi umatmu pada hari Kiamat terhadap perbuatan yang mereka lakukan, baik atau buruk, demikian pula sebagai saksi terhadap berbagai perkataan dan permasalahan, serta menjadi saksi terhadap keesaan Allah dan sendiri-Nya Dia dengan kesempurnaan dari berbagai sisi.
[20] Bagi orang yang taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya dengan balasan dunia, agama dan akhirat.
[21] Bagi orang yang durhaka kepada Allah dengan hukuman yang segera atau lambat. Di antara sempurnanya pemberian kabar gembira dan peringatan adalah menerangkan amal dan akhlak yang mendapatkan kabar gembira atau peringatan. Dengan demikian, Beliau adalah yang menerangkan kebaikan dan keburukan, yang hak dan yang batil. Oleh karena itulah Allah Subhaanahu wa Ta'aala melanjutkan dengan firman-Nya, “Agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,” yakni disebabkan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kamu dan pengajarannya terhadap hal yang bermanfaat bagimu. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus Beliau agar manusia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang menghendaki untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam semua urusan.
[22] Dhamir (kata ganti nama) “nya” bisa kembali kepada Allah atau Rasul-Nya. Jika kembali kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah, agar kamu memuliakan Beliau, menghormatinya, memenuhi hak-haknya karena Beliau memiliki jasa yang besar terhadap kamu.
[23] Dhamir ini kembali kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[24] Syaikh As Sa’diy berkata, “Allah menyebutkan dalam ayat ini hak yang tergabung antara Allah dan Rasul-Nya, yaitu beriman kepada keduanya. Yang khusus bagi Rasul adalah dimuliakan dan dihormati, sedangkan yang khusus bagi Allah adalah mentasbihkan dan mensucikan-Nya baik dengan shalat maupun lainnya.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Tafsir Al Fath Ayat 1-9"
Post a Comment