Ayat 25-29: Membuka kedok kaum munafik, persekongkokalan mereka dengan orang-orang Yahudi dan ancaman azab bagi mereka.
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ (٢٥) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الأمْرِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ (٢٦) فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (٢٧) ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (٢٨)أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (٢٩)
Terjemah Surat Muhammad Ayat 25-29
25. [1]Sesungguhnya orang-orang yang berbalik kepada (kepada kekafiran) setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.
26. Yang demikian itu[2], karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) telah mengatakan kepada orang-orang (Yahudi) yang tidak senang kepada apa yang diturunkan Allah[3], "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan[4],” tetapi Allah mengetahui rahasia mereka[5].
27. Maka bagaimana (nasib mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka, memukul wajah dan punggung mereka[6]?
28. Yang demikian itu[7], karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah[8] dan membenci apa yang menimbulkan keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus segala amal mereka[9].
29. Atau apakah orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit[10] mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka[11]?
Ayat 30-32: Peringatan terhadap kaum musyrik, kaum munafik dan orang-orang Yahudi yang memerangi dakwah Islam dan bagaimana mereka menggunakan segala sarana dalam memeranginya.
وَلَوْ نَشَاءُ لأرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ (٣٠) وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ (٣١) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ (٣٢)
Terjemah Surat Muhammad Ayat 30-32
30. Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami perlihatkan mereka kepadamu (Muhammad) sehingga engkau benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya[12]. Dan engkau benar-benar akan mengenal mereka dari nada bicaranya[13], dan Allah mengetahui segala perbuatan kamu[14].
31. [15]Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu[16] sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu[17].
32. [18]Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah serta memusuhi Rasul setelah ada petunjuk yang jelas bagi mereka[19], mereka tidak akan dapat memberi mudharat (bahaya) kepada Allah sedikit pun[20]. Dan kelak Allah menghapus segala amal mereka[21].
Ayat 33-38: Dorongan kepada orang-orang mukmin untuk berjihad dengan jiwa dan raga menegakkan kalimatullah, membela agama-Nya dan peringatan kepada mereka agar berhati-hati terhadap perjanjian damai dengan orang-orang yang zalim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (٣٣) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ (٣٤) فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ (٣٥) إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ (٣٦) إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ (٣٧) هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ (٣٨)
Terjemah Surat Muhammad Ayat 33-38
33. [22]Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu[23].
34. [24]Sesungguhnya orang-orang yang kafir[25] dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah[26], kemudian mereka mati dalam keadaan kafir[27], maka Allah tidak akan mengampuni mereka[28].
35. Maka janganlah kamu lemah dan mengajak damai[29], karena kamulah yang lebih unggul, dan Allah pun bersama kamu[30], dan Dia tidak akan mengurangi segala amalmu[31].
36. [32]Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa[33], Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak akan meminta hartamu[34].
37. Sekiranya Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (agar memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir, dan Dia akan menampakkan kedengkianmu[35].
38. Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) di jalan Allah. Lalu di antara kamu ada orang yang kikir, dan barang siapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri[36]. Dan Allah-lah Yang Mahakaya, sedangkan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya)[37]. Dan jika kamu berpaling (dari iman dan menaati perintah-Nya) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu[38].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang keadaan orang yang murtad dari petunjuk dan iman kepada kesesatan dan kekafiran. Hal itu terjadi bukanlah karena ada dalil yang mengalihkan mereka darinya, akan tetapi karena hiasan dan rayuan musuh mereka, yaitu setan serta pemanjangan angan-angan darinya.
[2] Yakni penyesatan oleh setan itu, karena telah jelas petunjuk bagi mereka, namun mereka membenci dan menolaknya.
[3] Yaitu mereka yang terang-terangan memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu adalah orang-orang Yahudi.
[4] Yaitu dengan membantu memusuhi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan melemahkan semangat kaum muslimin dari berjihad. Bisa juga maksud, “Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan,” adalah kami akan mematuhi kamu dalam sebagian urusan yang sesuai dengan hawa nafsu kami. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghukum mereka dengan kesesatan serta tetap berada di atas sesuatu yang membawa mereka kepada kesengsaraan dan azab. Mereka mengatakan kata-kata itu secara rahasia, namun Allah Subhaanahu wa Ta'aala menampakkannya.
[5] Oleh karena itu, Dia membuka aib mereka dan menerangkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin agar mereka tidak tertipu dengannya.
[6] Yaitu dengan cambuk-cambuk dari besi.
[7] Yakni azab yang mereka peroleh itu.
[8] Seperti kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan.
[9] Berbeda dengan orang yang mengikuti apa yang menimbulkan keridhaan-Nya dan membenci apa yang menimbulkan kemurkaan-Nya, maka orang tersebut akan dihapuskan kesalahannya, dilipatgandakan balasan dan pahalanya.
[10] Baik penyakit syubhat maupun syahwat.
[11] Kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum mukmin. Yakni apakah mereka mengira bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan menampakkan apa yang ada dalam hati mereka berupa kedengkian dan permusuhan kepada Islam dan kaum muslimin? Ini adalah sangkaan yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan Allah, karena Dia harus memisahkan antara yang benar dengan yang dusta, yaitu dengan adanya ujian dan cobaan. Orang yang tetap teguh dan tetap beriman ketika ada ujian, maka dia adalah orang mukmin yang hakiki, adapun orang yang kembali ke belakang (murtad) dan dia tidak sabar terhadapnya, maka ketika ujian datang ia keluh kesah, melemah imannya dan keluar rasa dengki dalam hatinya serta kelihatan kemunafikannya. Hal ini tentu sesuai dengan kebijaksanaan Allah.
[12] Yang tampak di wajah-wajah mereka.
[13] Hal itu karena nada bicara menunjukkan apa yang ada dalam lubuk hati, baik atau buruk.
[14] Lalu Dia akan memberikan balasan terhadapnya.
[15] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan ujian paling besar yang Allah uji dengannya hamba-hamba-Nya, yaitu jihad fii sabilillah.
[16] Yakni iman dan kesabaranmu dengan adanya jihad dan lainnya.
[17] Bisa juga diartikan, “dan akan Kami tampakkan perihal kamu.” Yakni taat atau maksiat dalam jihad dan lainnya.
Barang siapa yang mengikuti perintah Allah dan berjihad di jalan-Nya untuk menolong agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya, maka dia adalah mukmin hakiki, sebaliknya barang siapa yang malas terhadapnya, maka ada kekurangan dalam imannya.
[18] Ancaman ini merupakan ancaman keras kepada orang yang dalam dirinya terkumpul berbagai keburukan, seperti kafir kepada Allah dan menghalangi manusia dari jalan Allah.
[19] Yakni menentang Rasul dan menyelisihinya dengan sengaja, bukan karena jahil (tidak tahu).
[20] Oleh karena itu, kerajaan-Nya tidaklah berkurang karenanya.
[21] Seperti sedekah dan lainnya; mereka tidak akan melihat pahalanya di akhirat. Atau segala usaha mereka untuk membela kebatilan tidaklah membuahkan apa-apa selain kerugian dan kekecewaan, dan amal yang mereka harapkan pahalanya tidaklah membuahkan pahala karena tidak ada syarat untuk diterima.
[22] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kaum mukmin dengan sesuatu yang dapat menyempurnakan urusan mereka, dan akan menghasilkan kebahagiaan, yaitu taat kepada Allah dan taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam baik dalam ushul (dasar-dasar agama) maupun furu’nya. Taat artinya melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan ikhlas dan mengikuti Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.
[23] Dengan berbagai maksiat. Menurut Syaikh As Sa’diy, ayat ini mencakup larangan membatalkannya setelah mengerjakannya, yaitu dengan mengerjakan sesuatu yang merusaknya, seperti menyebut-nyebutnya dan merasa ujub dengannya, berbangga dan sum’ah (ingin didengar), mengerjakan maksiat yang membuat amalnya terhapus dan menghapuskan pahalanya. Termasuk pula merusak saat mengerjakannya, yaitu dengan memutuskannya atau mengerjakan hal yang merusak atau membatalkan amalannya, seperti pembatal shalat, pembatal puasa, pembatal haji dsb. Semuanya masuk ke dalam larangan ini, dan bahwa hal itu dilarang. Para fuqaha’ berdalih dengan ayat ini untuk menerangkan haramnya memutuskan amalan wajib dan makruhnya memutuskan amalan sunat tanpa ada hal yang mengharuskan untuk diputuskan. Jika Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang membatalkan amalan, maka berarti Dia memerintahkan untuk memperbaikinya, menyempurnakannya dan mengerjakannya dengan cara yang dapat menjadikannya baik; yang berupa ilmu maupun amal.
[24] Ayat ini dan ayat yang disebutkan dalam surah Al Baqarah: 217, yaitu, “Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” Terdapat dua muqayyid (pembatas) terhadap semua nash yang mutlak yang menyebutkan batalnya amal karena kafir, yaitu jika mati di atas kekafiran.
[25] Kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, dan hari Akhir.
[26] Dengan membuat manusia benci kepada kebenaran, mengajak kepada yang batil serta menghias kebatilan itu.
[27] Yakni belum sempat bertobat darinya.
[28] Baik dengan perantaraan syafaat maupun selainnya. Hal itu, karena mereka sudah mesti mendapatkan hukuman dan kehilangan pahala, wajib kekal di neraka serta telah ditutup dari rahmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala Yang Maha Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. Mafhum ayat ini menunjukkan, bahwa jika mereka bertobat sebelum matinya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengampuni dan merahmati mereka serta memasukkan mereka ke surga meskipun sebelumnya mereka menghabiskan umurnya di atas kekafiran, menghalangi manusia dari jalan-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Maka Mahasuci Allah yang membukakan pintu rahmat kepada hamba-hamba-Nya dan tidak menutupnya dari seorang pun selama ia masih hidup dan bisa bertobat. Mahasuci Allah Yang Mahasantun yang tidak segera menyiksa orang-orang yang berbuat maksiat, bahkan memaafkan dan memberi rezeki padahal Dia berkuasa penuh atas mereka.
[29] Yakni janganlah kamu lemah dan takut ketika bertemu dengan orang-orang kafir, bahkan bersabarlah dan tetap teguhlah serta kuatkanlah dirimu untuk berperang dan bersabar di dalamnya sambil mengharapkan keridhaan Tuhanmu, membela Islam dan membuat mereka murka. Dan janganlah kamu meminta damai karena ingin istirahat.
[30] Dengan memberikan bantuan dan pertolongan.
[31] Ketiga hal ini (lebih unggul, Allah bersama mereka (kaum mukmin) dan Dia tidak akan mengurangi amal mereka) menghendaki mereka untuk bersabar dan tidak bersikap lemah.
Pertama, mereka lebih unggul, yakni telah sempurna segala sebab kemenangan dan mereka telah dijanjikan oleh Allah dengan janji-Nya yang benar. Seseorang tidaklah lemah kecuali apabila ia lebih kalah unggul oleh orang lain dan kurang jumlahnya dan persiapannya serta kekuatannya luar dan dalam.
Kedua, Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersama mereka, karena mereka kaum mukmin, sedangkan Allah bersama orang-orang mukmin dengan memberikan pertolongan dan bantuan-Nya. Hal ini menghendaki hati mereka menjadi kuat dan siap melawan musuh.
Ketiga, Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan mengurangi amal mereka, bahkan akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah dari sisi-Nya, terlebih dalam amalan jihad, maka infak untuknya akan dilipatgandakan sampai 700 kali lipat dan sampai kelipatan yang banyak. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,” (Terj. At Taubah: 120)
Jika seseorang mengetahui, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan menyia-nyiakan amalnya dan jihadnya, maka hal itu mengharuskan dirinya semangat, mengerahkan kesungguhannya dalam hal yang membuahkan pahala yang besar. Lalu bagaimana jika ketiga hal ini (lebih unggul, Allah bersama mereka (kaum mukmin) dan Dia tidak akan mengurangi amal mereka) berkumpul bersama, tentu akan membuahkan semangat yang tinggi. Ini adalah dorongan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya serta penguatan dari-Nya untuk menguatkan diri mereka terhadap sesuatu yang di sana terdapat kebaikan dan keberuntungan mereka.
[32] Ini merupakan pentazhidan (membuat zuhud/tidak suka) dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya terhadap kehidupan dunia, yaitu dengan memberitahukan hakikat keadaannya, bahwa dunia merupakan permainan dan sesuatu yang melalaikan, membuat badan bermain-main dan membuat hati lalai, sehingga seorang hamba senantiasa lalai oleh hartanya, anaknya, perhiasannya dan kesenangannya, seperti wanita, makanan, minuman, tempat tinggal dan lain-lain, sambil bermain-main dalam amal yang tidak ada faedahnya, bahkan berputar antara kesia-siaan, lalai dan maksiat sampai sempurna dunianya dan tiba ajalnya. Setelah semua ini ia tinggalkan, maka ia tidak akan memperoleh faedah apa-apa, bahkan akan memperoleh kerugian dan azab. Oleh karena itu, hal ini seharusnya membuat orang yang berakal zuhud kepadanya, tidak berharap, serta tidak peduli kepadanya, bahkan yang seharusnya ia perhatikan adalah iman dan takwa.
[33] Yakni beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Akhir serta qadha’ dan qadar-Nya, dan mengerjakan ketakwaan yang menjadi bagian dari iman dan konsekwensinya, yakni dengan mengerjakan perbuatan yang diridhai-Nya secara istiqamah dan meninggalkan maksiat. Inilah yang bermanfaat bagi hamba, dan inilah yang seharusnya dikejar dan diberikan perhatian serta usaha yang serius dalam mengejarnya, dan itulah maksud yang diinginkan Allah dari hamba-hamba-Nya sebagai rahmat dan kelembutan-Nya kepada mereka agar Dia memberikan balasan yang besar untuk mereka.
[34] Dia tidak ingin membebanimu dengan sesuatu yang memberatkan kamu seperti meminta hartamu dikeluarkan semuanya atau meminta banyak dari hartamu sehingga memadharratkan kamu.
[35] Jika Dia meminta dari kamu mengeluarkan sesuatu yang tidak kamu sukai.
Bukti bahwa jika Allah Subhaanahu wa Ta'aala meminta dari mereka harta mereka dengan mendesak mereka akan menolaknya adalah ketika mereka diajak menginfakkan harta di jalan Allah yang sesungguhnya terdapat maslahat agama maupun dunia padanya, ternyata di antara mereka ada yang bakhil, lalu bagaimana jika Dia meminta kepada mereka harta untuk hal yang belum mereka lihat maslahatnya secara segera, tentu mereka lebih menolaknya.
[36] Karena dia telah menghalangi pahala Allah untuk dirinya dan banyak kebaikan yang hilang, dan hal itu juga tidak merugikan Allah meskipun sedikit.
[37] Kamu selalu membutuhkan-Nya di setiap waktu untuk segala urusan kamu.
[38] Bahkan mereka akan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mencintai Allah dan Rasul-Nya sebagaimana firman-Nya di ayat lain, “Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya,…dst.” (Terj. Al Maa’idah: 54)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Tafsir Muhammad Ayat 25-38"
Post a Comment