Tafsir Al Jaatsiyah Ayat 27-37

Ayat 27-35: Gambaran keadaan umat-umat pada hari hati Kiamat sambil menunggu tempat mereka; di surga atau di neraka.

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ (٢٧) وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٢٨) هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٢٩) فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (٣٠) وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنْتُمْ قَوْمًا مُجْرِمِينَ (٣١) وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلا ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ (٣٢) وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (٣٣) وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (٣٤) ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ لا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ (٣٥)

Terjemah Surat Al Jaatsiyah Ayat 27-35

27. [1]Dan milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya Kiamat, maka akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan (dosa).

28. [2]Dan (pada hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut[3]. Setiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya[4]. Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.

29. (Allah berfirman), "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.”

30. Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan[5], maka Tuhan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Demikian itulah kemenangan yang nyata[6].

31. Dan adapun kepada orang-orang yang kafir (difirmankan[7]), "Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu[8], tetapi kamu menyombongkan diri dan kamu menjadi orang-orang yang berbuat dosa[9]?"

32. [10]Dan apabila dikatakan (kepadamu), "Sungguh, janji Allah itu benar, dan hari Kiamat itu tidak diragukan adanya,” kamu menjawab, "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami hanyalah menduga-duga saja dan kami tidak yakin[11].”



33. Dan nyatalah bagi mereka[12] keburukan-keburukan yang mereka kerjakan[13], dan berlakulah (azab) terhadap mereka yang dahulu mereka perolok-olokkan.

34. Dan kepada mereka dikatakan, "Pada hari ini Kami melupakan kamu[14] sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini[15]; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tidak akan ada penolong bagimu[16].

35. Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu telah menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan[17], dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia[18].” Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat[19].

Ayat 36-37: Segala puji milik Allah Subhaanahu wa Ta'aala Yang memiliki segala sesuatu, yang mempunyai kebesaran, keperkasaan dan kekuasaan.



فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الأرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٣٦) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٣٧)

Terjemah Surat Al Jaatsiyah Ayat 36-37

36. Segala puji hanya bagi Allah[20], Tuhan (pemilik) langit dan Tuhan bumi, Tuhan seluruh alam[21].

37. Dan hanya bagi-Nya segala keagungan di langit dan di bumi[22], dan Dialah Yang Mahaperkasa[23] lagi Mahabijaksana[24].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang luasnya kerajaan-Nya, sendirinya Dia dalam di setiap waktu, dan bahwa pada saat tibanya Kiamat, sedangkan semua makhluk dikumpulkan di padang mahsyar, maka rugilah orang-orang yang berada di atas kebatilan yang menggunakan kebatilan untuk menolak yang hak, dan amal mereka juga batil karena terikat dengan yang batil sehingga batil pula pada hari Kiamat; hari dimana semua hakikat tampak jelas, kebaikan luput dari mereka dan mereka memperoleh azab yang pedih.

[2] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati dahsyatnya hari Kiamat untuk memperingatkan hamba dan agar mereka bersiap-siap menghadapinya.

[3] Karena takut dan khawatir sambil menunggu keputusan Ar Rahman.

[4] Menurut Syaikh As Sa’diy, setiap umat dipanggil kepada syariat nabi mereka yang datang kepada mereka dari sisi Allah, apakah mereka mengerjakannya sehingga mereka mendapatkan pahala dan keselamatan atau mereka malah menyia-nyiakannya sehingga mereka memperoleh kerugian? Umat Nabi Musa ‘alaihis salam akan dipanggil kepada syariat Nabi Musa, demikian pula umat Nabi Isa ‘alaihis salam dan umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Setiap umat dipanggil kepada syariat yang dibebankan kepadanya. Ini salah satu tafsir ayat tesebut, dan tafsir ini benar. Bisa juga maksudnya, bahwa setiap umat dipanggil kepada catatan amalnya dan apa yang tertulis di sana baik atau buruk, dan bahwa setiap orang akan dibalas sesuai amal yang dikerjakannya seperti dalam firman Allah Ta’ala, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.” (Terj. Al Jaatsiyah: 15) Bisa jadi kedua tafsir ini merupakamn maksud ayat tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh firman-Nya di ayat selanjutnya, “(Allah berfirman), "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya.” Yakni ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang akan memutuskan di antara kamu dengan hak atau adil. Firman-Nya lagi, “Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.” Ini adalah catatan amal. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya lagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan secara rinci tindakan Allah terhadap dua golongan; golongan mukminin dan golongan kafirin.

[5] Mereka beriman dengan iman yang benar dan membenarkan keimanan mereka dengan amal saleh, baik yang wajib maupun yang sunat.

[6] Karena apabila seseorang mendapatkannya, maka ia akan mendapatkan semua kebaikan dan akan terhindar dari semua keburukan.

[7] Dengan dicela dan ditegur secara keras.

[8] Yang di sana diterangkan hal yang menjadi kebaikan bagi kamu dan dilarang hal yang memadharratkan kamu. Ia merupakan nikmat terbesar yang sampai kepada kamu jika kamu diberi taufiq untuknya, akan tetapi kamu menyombongkan diri darinya dan berpaling serta kafir kepadanya. Maka pada hari ini, kamu akan diberi balasan terhadap amalmu.

[9] Yakni orang-orang kafir.

[10] Mereka juga dicela lagi dengan ayat ini.

[11] Ia akan datang.

[12] Di akhirat.

[13] Di dunia.

[14] Yakni membiarkan kamu dalam azab.

[15] Yakni tidak beramal untuk menghadapinya. Hal itu, karena balasan sesuai dengan amal yang dikerjakan.

[16] Yang menolong kamu dari azab Allah dan menghindarkan siksa-Nya.

[17] Padahal ayat-ayat Allah itu seharusnya diseriusi dan diterima dengan senang hati.

[18] Sehingga kamu katakan, bahwa kebangkitan itu tidak ada dan neraka juga tidak ada.

[19] Karena ketika itu sudah tidak bermanfaat dan mereka tidak akan dikembalikan ke dunia.

[20] Sebagaimana yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran kerajaan-Nya.

[21] Dia berhak mendapat segala puji karena rububiyyah (pengurusan)-Nya terhadap semua makhluk, Dia yang menciptakan mereka dan mengurus mereka serta mengaruniakan berbagai nikmat kepada mereka yang tampak maupun yang tersembunyi.

[22] Dalam pujian terdapat sanjungan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala karena sifat-Nya yang sempurna, kecintaan kepada-Nya dan pengagungan-Nya. Sedangkan pada keagungan terdapat pengagungan dan pembesaran-Nya. Dan ibadah itu dibangun di atas dua rukun, yaitu cinta kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menghinakan diri kepada-Nya, dan keduanya muncul dari pengetahuan terhadap keberhakan Allah untuk dipuji, keagungan dan kebesaran-Nya.

[23] Dia menundukkan segala sesuatu.

[24] Dia menempatkan sesuatu pada tempatnya, Dia tidaklah mensyariatkan suatu syariat kecuali karena hikmah dan maslahat dan tidaklah mencipta kecuali karena faedah dan manfaat.

Related Posts:

0 Response to "Tafsir Al Jaatsiyah Ayat 27-37"

Post a Comment