Tafsir Al Jaatsiyah Ayat 14-26

Ayat 14-15: Balasan bagi orang-orang mukmin dan hukuman bagi orang-orang kafir.

قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (١٤) مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ (١٥)

Terjemah Surat Al Jaatsiyah Ayat 14-15

14. Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan (gangguan dari) orang-orang yang tidak takut akan hari-hari Allah[1], karena Dia akan membalas suatu kaum sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

15. [2]Barang siapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu dikembalikan[3].

Ayat 16-19: Nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Bani Israil berupa kitab Taurat, kekuasaan dan kenabian, tetapi mereka mengingkarinya dan malah mengikuti yang batil seperti keingkaran mereka kepada kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam setelah mereka mengetahui bukti-bukti kebenarannya.



وَلَقَدْ آتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (١٦) وَآتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الأمْرِ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (١٧) ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (١٨) إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ (١٩)



Terjemah Surat Al Jaatsiyah Ayat 16-19

16. Dan sungguh, kepada Bani Israil telah Kami berikan kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian[4], Kami anugerahkan kepada mereka rezeki yang baik[5], dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masa itu).

17. Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas tentang urusan (agama)[6]; [7]maka mereka tidak berselisih[8]kecuali setelah datang ilmu kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka[9]. Sungguh, Tuhanmu akan memberi putusan kepada mereka pada hari Kiamat terhadap apa yang selalu mereka perselisihkan[10].

18. Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari (agama itu)[11], maka ikutilah (syariat itu)[12] dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui[13].

19. Sungguh, mereka tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun dari (azab) Allah[14]. Dan Sungguh, orang-orang yang zalim itu sebagian menjadi pelindung atas sebagian yang lain; sedang Allah pelindung bagi orang-orang yang bertakwa[15].

Ayat 20-22: Al Qur’anul Karim adalah kitab yang mengandung petunjuk dan cahaya, dan perbedaan antara orang yang beramal saleh dengan orang yang beramal buruk.

هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (٢٠) أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (٢١) وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (٢٢)

Terjemah Surat Al Jaatsiyah Ayat 20-22

20. Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia[16], petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini[17].

21. Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu[18] mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan[19], yaitu sama dalam kehidupan dan kematian mereka?[20] Alangkah buruknya penilaian mereka itu[21].

22. Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar[22], dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya[23], dan mereka tidak akan dirugikan.

Ayat 23-26: Bantahan terhadap ucapan kaum musyrik tentang akhirat dan terhadap sangkaan mereka bahwa mereka tidak akan dibangkitkan.

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٣) وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ (٢٤)وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٢٥) قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٢٦)

23. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya[24] dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya[25], dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya[26] serta meletakkan tutupan atas penglihatannya[27]? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)[28]? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?[29]

24. [30]Dan mereka berkata[31], "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup[32], dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa[33]." Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu[34], mereka hanyalah menduga-duga saja[35].

25. Dan apabila kepada mereka dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas[36], tidak ada bantahan mereka selain mengatakan, "Hidupkanlah kembali nenek moyang kami jika kamu orang yang benar[37]."

26. Katakanlah, "Allah-lah yang menghidupkan[38] kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu[39] pada hari kiamat yang tidak diragukan lagi; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[40].


[1] Yang dimaksud hari-hari Allah ialah hari-hari di waktu Allah menimpakan siksaan-siksaan kepada mereka.

[2] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin agar berakhlak mulia, bersabar terhadap gangguan kaum musyrik yang tidak takut azab Allah kepada mereka yang durhaka kepada-Nya dan tidak menginginkan pahala-Nya. Orang-orang yang mukmin, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan membalas iman, sikap memaafkan dan bersabar dari mereka dengan pahala yang besar, sedangkan mereka (kaum musyrik) jika tetap mendustakan maka mereka akan ditimpa azab yang pedih dan kehinaan.

[3] Lalu Dia akan memberikan balasan kepada orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat jahat.

[4] Yakni Kami telah memberi berbagai nikmat kepada Bani Israil yang tidak diberikan kepada bangsa yang lain; Kami beri mereka kitab, yaitu Taurat dan Injil, kekuasaan terhadap manusia, dan kenabian. Oleh karena itu, banyak para nabi yang berasal dari Bani Israil.

[5] Seperti makanan, minuman, pakaian, manna dan salwa.

[6] Seperti tentang yang halal dan yang haram dan tentang pengutusan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Ayat ini bisa juga diartikan dengan, “Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas dari perkara (qadari).” Yakni yang Allah Subhaanahu wa Ta'aala sampaikan kepada mereka. Keterangan yang jelas ini menurut Syaikh As Sa’diy adalah mukjizat-mukjizat yang mereka lihat di tangan Nabi Musa ‘alaihis salam.

[7] Nikmat-nikmat yang Allah Subhaanahu wa Ta'aala berikan kepada Bani Israil ini menghendaki mereka mengikuti yang hak secara sempurna dan berkumpul di atas yang hak yang telah Allah terangkan kepada mereka, akan tetapi kenyataannya berbeda, mereka malah melakukan sebaliknya; mereka berpecah belah dalam hal yang mereka diperintahkan untuk berkumpul di atasnya. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka mereka tidak berselisih kecuali setelah datang ilmu kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka.” Ilmu yang datang kepada mereka menghendaki mereka agar tidak berselisih, tetapi mereka malah berselisih disebabkan kedengkian mereka antara yang satu dengan yang lain dan disebabkan kezaliman.

[8] Tentang kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[9] Seperti kedengkian mereka kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[10] Dia akan memisahkan yang hak dengan yang batil.

[11] Yakni kemudian Kami mensyariatkan kepadamu syariat yang sempurna yang mengajak kepada semua kebaikan dan melarang semua keburukan yang berasal dari perintah Kami yang syar’i.

[12] Karena dengan mengikutinya seseorang akan bahagia, baik dan beruntung.

[13] Yaitu mereka yang keinginannya tidak mengikuti ilmu dan tidak berjalan di belakangnya. Mereka ini adalah orang-orang yang hawa nafsunya tidak sejalan dengan syariat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

[14] Maksudnya mereka tidak bermanfaat bagimu di sisi Allah; mereka tidak dapat memberikan kebaikan kepadamu dan tidak dapat menghindarkan keburukan darimu jika kamu mengikuti keinginan mereka. Oleh karena itu, kamu tidak pantas sejalan dan sepakat dengan mereka karena kamu dan mereka berbeda, sedangkan mereka menjadi pelindung antara sesama mereka.

[15] Dia akan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya disebabkan ketakwaan mereka.

[16] Dengan Al Qur’an diperoleh pandangan yang jelas dalam menyikapi semua masalah, sehingga orang-orang mukmin akan mendapatkan manfaat, petunjuk dan rahmat.

[17] Dengan Al Qur’an mereka memperoleh petunjuk ke jalan yang lurus baik dalam masalah ushul (dasar) maupun furu’ (cabang), demikian pula tercapai kebaikan, kesenangan, kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan inilah rahmat. Dengannya jiwa mereka menjadi bersih, kecerdasan mereka bertambah, demikian pula keimanan dan keyakinan mereka dan dengannya hujjah pun menjadi tegak kepada orang yang tetap membangkang.

[18] Yaitu mereka yang banyak dosa dan meremehkan hak Tuhan mereka.

[19] Yaitu mereka yang memenuhi hak-hak Tuhan mereka, menjauhi kemurkaan-Nya, dan senantiasa mengutamakan keridhaan Tuhan mereka daripada hawa nafsu mereka.

[20] Maksudnya, apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka akan disamakan dengan kaum mukmin di akhirat, yakni berada dalam kebaikan dan kenikmatan seperti halnya orang-orang mukmin. Bahkan tidak demikian, mereka (orang-orang kafir) di akhirat berada dalam azab, kehinaan, dan kesengsaraan tidak seperti keadaan mereka ketika di dunia, sedangkan kaum mukmin di akhirat mendapatkan pahala, kemenangan, keberuntungan, kebahagiaan karena amal mereka ketika di dunia, seperti shalat, zakat, puasa, dsb.

[21] Hal itu karena keputusan tersebut menyelisihi kebijaksanaan hakim yang paling baik dan paling adil, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Keputusan tersebut juga bertentangan dengan akal yang sehat dan fitrah yang lurus, bertentangan dengan kitab-kitab yang diturunkan dan bertentangan dengan apa yang dibawa para rasul.

[22] Untuk menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Nya. Atau maksud “bil haq” adalah dengan hikmah (kebijaksanaan) dan agar Dia diibadahi saja, selanjutnya Dia akan menghisab mereka setelah itu, yakni setelah mereka diperintahkan beribadah dan dikaruniakan berbagai nikmat, apakah mereka bersyukur dan mengerjakan perintah-Nya atau tidak? Atau bahkan mereka malah kufur dan meninggalkan perintah-Nya?

[23] Baik berupa ketaatan atau kemaksiatan.

[24] Yakni apa yang diinginkan hawa nafsunya dia kerjakan, baik mendatangkan keridhaan Allah atau kemurkaan-Nya.

[25] Maksudnya Allah membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa orang itu tidak mau menerima petunjuk yang diberikan kepadanya sebelum ia diciptakan.

[26] Sehingga dia tidak dapat mendengar petunjuk dan tidak dapat memahami.

[27] Sehingga ia tidak dapat melihat petunjuk.

[28] Tidak ada seorang pun yang dapat memberinya hidayah ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menutup pintu-pintu hidayah dan membuka pintu-pintu kesesatan. Allah tidaklah menzaliminya, akan tetapi dialah yang menzalimi dirinya dan yang mengadakan sebab untuk terhalang dari rahmat Allah.

[29] Bisa juga diartikan, “Tidakkah kamu ingat?” Yakni ingat sesuatu yang bermanfaat bagimu lalu kamu mengerjakannya dan ingat sesuatu yang bermadharrat sehingga kamu dapat menjauhinya.

[30] Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Orang-orang jahiliyyah mengatakan bahwa yang membinasakan kami adalah malam dan siang, itulah yang membinasakan kami, mematikan dan menghidupkan kami.” Maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman dalam kitab-Nya, “Dan mereka berkata, "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa." Beliau bersabda, “Mereka mencaci-maki masa, maka Allah Tabaaraka wa Ta'aala berfirman, “Anak Adam menyakiti-Ku karena mencaci-maki masa. Aku adalah masa; di tangan-Ku segala urusan; Aku mengatur malam dan siang.” (Hadits ini disebutkan As Suyuthi dalam Al Lubab secara mauquf sampai kepada Abu Hurairah dan ia menisbatkan kepada Ibnul Mundzir, dan di sana disebutkan, maka Allah menurunkan ayat, dan disebutkanlah ayat itu. Al Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya juz 4 hal. 151, “Ibnu Jarir menyebutkan dengan susunan yang asing sekali,” lalu ia menyebutkannya dan berkata, “Demikian pula Ibnu Abi Hatim dari Ahmad bin Manshur dari Suraih bin Nu’man dari Ibnu Uyaynah.” Syaikh Muqbil berkata, “Saya tidak mengetahui sisi gharib (asing) pada susunannya. Adapun sanad, maka para perawinya perawi hadits shahih, Al Haafizh menyebutkannya dalam Al Fath-h juz 10 hal. 195 dan ia mendiamkannya.”

[31] Sambil mengingkari kebangkitan.

[32] Yakni sebagian kita mati, sedangkan sebagian lagi hidup (lahir).

[33] Yakni berlalunya waktu. Oleh karena itu, menurut mereka setelah seorang mati, maka ia tidak akan kembali kepada Allah dan tidak akan dibalas amalnya.

[34] Yakni tentang ucapan itu.

[35] Oleh karena mereka hanya menduga-duga saja sehingga mereka mengingkari akhirat, mendustakan para rasul tanpa dalil dan bukti yang menguatkan sikap mereka itu. Hal itu hanyalah sangkaan-sangkaan mereka saja yang kosong dari hakikat.

[36] Yakni yang menunjukkan bahwa Kami berkuasa membangkitkan.

[37] Ini adalah sikap beraninya mereka kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dimana mereka mengusulkan usulan ini dan menyangka bahwa untuk membuktikan kebenaran para rasul Allah tergantung apakah mereka (para rasul tersebut) mampu mendatangkan nenek moyang mereka atau tidak, dan meskipun para rasul telah mendatangkan semua ayat, mereka tidak akan beriman kecuali jika rasul mengikuti usulan mereka. Mereka telah berdusta dalam ucapannya itu, maksud mereka hanyalah untuk menolak dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan untuk diterangkannya yang hak.

[38] Ketika kamu sebelumnya sebagai mani.

[39] Dalam keadaan hidup.



[40] Kalau seandainya pengetahuan mereka terhadap hari akhir masuk ke dalam hati mereka, tentu mereka akan mengerjakan amalan-amalan untuk menghadapinya.

Related Posts:

0 Response to "Tafsir Al Jaatsiyah Ayat 14-26"

Post a Comment