Tafsir Al Ahqaf Ayat 26-35

Ayat 26-28: Peringatan kepada kaum musyrik untuk mengambil pelajaran dari hal yang menimpa umat-umat terdahulu dan agar tidak tertipu dengan kekuatan dan kekayaan, dan bahwa kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak dapat dikalahkan.

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلا أَبْصَارُهُمْ وَلا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (٢٦) وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٢٧) فَلَوْلا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (٢٨)

Tafsir Al Ahqaf Ayat 26-28

26. Dan sungguh, Kami telah meneguhkan kedudukan mereka (dengan kemakmuran dan kekuatan) yang belum pernah Kami berikan kepada kamu[1] dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati[2]; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah[3], dan (ancaman) azab yang dahulu mereka perolok-olokkan telah mengepung mereka.

[1] Yakni oleh karena itu, jangan kamu mengira bahwa peneguhan Kami kepada kamu hanya diberikan kepadamu saja, dan bahwa hal itu akan menghindarkan kamu dari azab Allah, bahkan selain kamu juga diberikan peneguhan, namun harta, anak-anak dan tentara mereka tidak berguna bagi mereka sedikit pun dari azab Allah.

[2] Pendengaran, penglihatan dan hati mereka normal, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa mereka meninggalkan kebenaran karena kebodohannya dan tidak dapat mengetahui atau karena kurangnya akal mereka, akan tetapi taufiq di Tangan Allah.



[3] Yang menunjukkan keesaan-Nya dan keberhakan-Nya untuk diibadahi saja.

27. [4]Dan sungguh, telah Kami binasakan negeri-negeri di sekitarmu[5], dan juga telah Kami jelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran) Kami agar mereka kembali (bertobat).

[4] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memperingatkan kaum musyrik bangsa Arab dan selain mereka dengan pembinasaan-Nya terhadap umat-umat yang mendustakan yang tinggal di sekitar mereka, bahkan kebanyakan mereka tinggal di jazirah Arab seperti kaum ‘Aad, Tsamud, dsb. dan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah mengulang-ulang ayat-ayat-Nya dan menampilkan secara bermacam-macam kepada mereka agar mereka kembali kepada Allah, meninggalkan kekafiran dan mendustakan. Namun mereka tetap tidak beriman, sehingga Allah menghukum mereka dengan hukuman dari Tuhan yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa, dan sesembahan yang mereka sembah selain Allah itu tidak bermanfaat apa-apa bagi mereka.


[5] Yang dimaksud dengan negeri-negeri di sekitarmu ialah negeri-negeri yang berada di sekitar kota Mekah, seperti negeri Al Hijr, Sadum, Ma'rib dan lain-lain.

28. Maka mengapa (berhala-berhala dan tuhan-tuhan) yang mereka sembah selain Allah untuk mendekatkan diri (kepada-Nya) tidak dapat menolong mereka? Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka[6]; dan itulah akibat kebohongan mereka[7] dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.

[6] Ketika azab turun.


[7] Bisa juga diartikan, bahwa itulah kebohongan mereka, yaitu mengambil berhala dan patung sebagai sesembahan selain Allah dengan anggapan bahwa hal itu dapat mendekatkan diri mereka kepada-Nya serta dapat memberi manfaat bagi mereka.

Ayat 29-32: Penyiaran Al Qur’an pada golongan jin, dan bahwa di antara jin itu ada yang mukmin dan ada yang kafir.

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (٢٩) قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (٣٠) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (٣١) وَمَنْ لا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الأرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٣٢)

Tafsir Al Ahqaf Ayat 29-32

29. [8]Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al Quran, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” Maka ketika telah selesai[9], mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan[10].

[8] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam kepada makhluk baik manusia maupun jin. Kepada manusia, maka Beliau bisa mendakwahkan mereka dan memberi peringatan, adapun kepada jin, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala hadapkan jin dengan kekuasaan-Nya kepada Beliau.

[9] Dan mereka telah hapal atau mengerti.


[10] Untuk menegakkan hujjah kepada kaumnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menaqdirkan jin beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk membantu Beliau menyebarkan dakwah Islam di kalangan jin.

30. Mereka berkata, "Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang diturunkan setelah Musa[11], membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran, dan kepada jalan yang lurus[12].

[11] Hal itu karena kitab Musa adalah kitab asal (pokok) bagi Injil dan pegangan bagi Bani Israil dalam hukum-hukum syara’, sedangkan Injil hanyalah sebagai pelengkap dan penyempurna serta merubah sedikit sebagian hukum.


[12] Yakni menyampaikan kepada Allah dan kepada surga-Nya. Di dalamnya terdapat mengenal Allah, hukum-hukum agama-Nya dan hukum-hukum jaza’i(balasan)-Nya.

31. [13]Wahai kaum kami! Terimalah seruan orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah[14]. Dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.

[13] Ketika mereka telah memuji Al Qur’an dan menerangkan kedudukannya, maka mereka mengajak kaumnya untuk beriman.


[14] Dia mengajak kepada Allah, bukan untuk kepentingan diri dan hawa nafsunya. Dia mengajak kamu kepada Allah agar Dia memberimu pahala dan menghindarkan semua perkara buruk dan dibenci. Oleh karena itu, mereka (jin-jin yang masuk Islam) itu berkata, “niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.” Apabila Dia melindungi mereka dari azab yang pedih, maka di sana tidak ada lagi selain kenikmatan. Ini merupakan balasan bagi orang yang memenuhi seruan Allah.

32. Dan barang siapa tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah (Muhammad) maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari siksaan Allah di bumi[15], padahal tidak ada pelindung baginya selain Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata[16].”

[15] Karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu sehingga tidak ada yang dapat meloloskan diri dari azab-Nya.



[16] Kesesatan apa yang lebih besar daripada orang yang dipanggil oleh para rasul, disampaikan peringatan-peringatan dengan ayat-ayat yang jelas dan hujjah-hujjah yang kuat, lalu ia berpaling dan menyombongkan diri?

Ayat 33-35: Alam semesta adalah milik Allah Subhaanahu wa Ta'aala, keadaan orang-orang kafir ketika dihadapkan ke neraka, pengakuan mereka terhadap kebenaran, dan bimbingan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar bersabar di jalan dakwah.

Tafsir

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٣٣)وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (٣٤) فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (٣٥)

Al Ahqaf Ayat 33-35

33. Dan tidakkah mereka[17] memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah, sungguh, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu[18].

[17] Yakni orang-orang yang mengingkari kebangkitan.


[18] Ayat ini merupakan istidlal (pengambilan dalil) dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk menunjukkan bahwa Dia mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati, yaitu dengan menerangkan bahwa Dia yang telah menciptakan langit dan bumi dengan keadaannya yang besar, luas dan rapih. Dia tidak merasa payah menciptakan semua itu. Oleh karena itu, bagaimana mungkin Dia sulit menciptakan manusia yang telah mati, sedangkan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

34. [19]Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang yang kafir dihadapkan kepada neraka, (mereka akan ditanya), "Bukankah (azab) ini benar?" Mereka menjawab, "Ya benar, demi Tuhan kami.” Allah berfirman, "Maka rasakanlah azab ini, karena dahulu kamu mengingkarinya[20].”

[19] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan keadaan orang-orang kafir yang sangat mengerikan ketika mereka dihadapkan ke neraka yang telah mereka dustakan, dan bahwa mereka akan dicela dan akan dikatakan, "Bukankah (azab) ini benar?" Mereka menjawab, "Ya benar, demi Tuhan kami.” Mereka pun mengakui dosa mereka dan jelaslah kedustaan mereka.


[20] Yakni rasakanlah azab yang kekal ini karena kekafiranmu selalu melekat dalam dirimu padahal hujjah telah ditegakkan.

35. [21]Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar (azab) disegerakan untuk mereka[22]. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari[23]. Tugasmu hanya menyampaikan[24], maka tidak ada yang dibinasakan[25], kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah)[26].

[21] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bersabar menghadapi gangguan orang-orang yang mendustakan dan menentangnya, dan agar Beliau senantiasa mengajak manusia kepada Allah serta mengikuti kesabaran para rasul ulul ‘azmi (yang mempunyai keteguhan hati dan cita-cita yang tinggi), dimana mereka adalah para pemimpin manusia yang kuat kesabarannya, sempurna keyakinannya dan mereka adalah manusia yang paling berhak diteladani dan diikuti jejaknya.

Maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan perintah Tuhannya, Beliau pun bersabar dengan kesabaran yang tidak pernah dilakukan oleh nabi sebelumnya, sampai musuh-musuhnya berkumpul bersama menentang dakwah Beliau, tetapi Beliau tegar mendakwahi manusia kepada Allah, bahkan sampai melakukan jihad melawan musuh-musuh Allah, bersabar terhadap gangguan yang menimpa Beliau sampai Allah memberikan kekuasaan kepada Beliau, memenangkan agama-Nya di atas semua agama serta melebihkan umatnya di atas semua umat, maka semoga shalawat dan salam Allah dilimpahkan kepada Beliau.

[22] Yang meminta untuk disegerakan azab. Mereka meminta disegerakan azab adalah karena kebodohan mereka, oleh karena itu jangan terpengaruh olehnya sehingga membuatmu mendoakan keburukan atas mereka..

[23] Oleh karena itu, janganlah kamu dibuat sedih karena mereka bersenang-senang. Hal itu, karena mereka hanya sebentar saja bersenang-senang dan akan kembali kepada azab yang pedih.

[24] Kata-kata “balaagh” bisa tertuju kepada kehidupan dan kesenangan dunia yang keadaannya memadai namun kurang. Atau bisa juga maksudnya, bahwa di dalam Al Qur’an ini Allah telah jelaskan dengan penjelasan yang sempurna, cukup dan menyampaikan ke kampung akhirat. Ia adalah sebaik-baik bekal yang dapat menyampaikan ke surga dan memelihara seseorang dari neraka, ia merupakan bekal paling utama yang harus dipegang oleh seseorang agar sampai ke sana, dan merupakan nikmat yang paling besar yang Allah anugerahkan kepada mereka.

[25] Dengan berbagai siksaan.

[26] Mereka adalah orang-orang yang sudah tidak ada lagi kebaikannya, telah keluar dari ketaatan kepada Tuhan mereka dan tidak menerima kebenaran yang dibawa para rasul. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memperingatkan mereka, namun mereka tetap saja berada di atas pendustaan dan kekafiran. Kita berlindung kepada Allah dari hal tersebut.

Ulul azmi Yaitu para rasul yang super sabar dalam menghadapi penentangan dan pembangkangan kaum mereka.


=======================================================================

Penjelasan Ayat Al Ahqaf Ayat 29-32

Dalam ayat-ayat ini, Allâh Azza wa Jalla mengabarkan bahwa Dia Azza wa Jalla mengarahkan (menghadapkan) sejumlah jin yang berjumlah kurang dari sepuluh. Jin-jin itu mendengarkan bacaan al-Qur`ân yang sedang dibaca oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing dari jin itu saling meminta yang lainnya untuk menyimak qirâ`ah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dengan baik. Usai menyimak bacaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka beranjak pulang untuk memperingatkan kaum mereka. Untuk menyampaikan kepada kaum mereka, bahwa mereka baru saja mendengarkan satu kitab suci yang diturunkan setelah Musa Alaihissallam, yang memberikan petunjuk menuju al-haqq dan menuju jalan yang lurus. 

Dalam dakwahnya itu, mereka berkata: أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ {terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allâh}, yaitu Rasûlullâh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam وَآمِنُوا بِهِ (dan berimanlah kepadanya) agar kalian memperoleh maghfirah (ampunan) dan selamat dari siksa yang pedih. Barangsiapa tidak menyambut seruan dakwah ini, ia tidak akan bisa mengalahkan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla akan menyiksanya atas penolakannya terhadap dakwah tersebut. Tidak ada yang akan bisa menyelamatkan dirinya dari siksa Allâh Azza wa Jalla . Sungguhnya ia berada dalam kesesatan yang nyata. 

Dalam ayat ini terkandung satu petunjuk dalil, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus juga kepada bangsa jin. Dalil yang menunjukkan hal tersebut, ialah ayat yang terdapat dalam Surat ar-Rahmân yang berisi khithâb kepada jin dan manusia, dan firman Allâh Azza wa Jalla di dalam surat tersebut :

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan ? 

Yang berulang 31 kali. 

Ada dua persoalan berkait dengan ayat-ayat ini. 

Pertama. Tidak ada rasul dari kalangan jin, tetapi yang ada adalah nudzur (para pemberi peringatan). Tidak ada dalil yang menunjukkan keberadaan rasul dari kalangan jin. 

Sedangkan firman Allâh Azza wa Jalla dalam surat al-An’âm dan surat al-Ar’âf yaitu firman-Nya :

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي 

Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu [al-An’âm/6:130. Lihat juga QS al-A’râf/7:35].

Kata ﯞ (rusulun) pada ayat tersebut tidak menunjukkan keberadaan rasul dari kalangan jin, akan tetapi rasul-rasul yang diutus untuk dua golongan sekaligus, yaitu manusia dan jin. 

Pada ayat-ayat di atas pun termuat isyarat terhadap perkara tersebut, karena jin mengatakan :

إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ 

Sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur`ân) yang telah diturunkan sesudah Mûsâ. 

Jin-jin itu tidak menyebutkan kitab yang diturunkan kepada salah satu dari kalangan mereka, dan juga seorang rasul khusus yang diutus kepada mereka. Mereka hanya menyebutkan Mûsâ Alaihissallam dan kitabnya (Taurat). Dan setelah kitab Musa, diturunkan kitab Zabur dan Injil. Jin-jin itu pun tidak menyebut dua kitab tersebut, padahal turun setelah Taurat, karena keduanya menyempurnakan kitab Taurat dan memuat sejumlah hukum-hukum Taurat. 

Kedua. Apakah pahala yang didapatkan jin atas keimanannya adalah maghfirah dan keselamatan dari siksa yang pedih saja (seperti diungkap ayat al-Ahqâf/46 : 31 di atas), ataukah selain itu mereka juga masuk surga ? 

Sebagian Ulama berpendapat, balasan yang diperoleh jin adalah ampunan dosa-dosa mereka dan perlindungan dari siksa yang pedih saja, sebagaimana ditunjukkan oleh tekstual ayat-ayat di atas. 

Sementara Jumhur Ulama berpendapat –dan pendapat mereka itulah yang benar- bahwa balasan jin-jin yang beriman adalah selamat dari siksa dan masuk surga. Hal ini berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ 

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabb-nya ada dua surga [ar-Rahmân/55:46]. 

Ayat ini mencakup obyek jin dan manusia, sebab khithâb (arah pembicaraan ayat ini) tertuju kepada dua golongan, manusia dan jin dalam firman Allâh Azza wa Jalla :

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan ?

Tidak ada kontradiksi ayat-ayat di surat al-Ahqâf dan ayat yang terdapat dalam Surat ar-Rahmân. Sebab, yang terdapat dalam surat al-Ahqâf itu menyebutkan sebagian balasan yang mereka peroleh. Sementara kandungan yang terdapat dalam Surat ar-Rahmân menunjukkan balasan baik yang lain bagi mereka, yaitu masuk surga. 

Imam Ibnu Katsîr t menguatkan pendapat kedua, bahwa jin Mukmin akan mendapat balasan masuk Surga melalui beberapa sisi pendalilan. Beliau t berkata –secara ringkas- , “Yang benar, jin-jin Mukmin, seperti kaum Mukminin, akan masuk surga sebagaimana disampaikan oleh sejumlah Ulama Salaf. Di antara mereka berdalil dengan firman Allâh berikut : 

لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ

Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. [ar-Rahmân/55:56]

Namun dalam istidlâl (berdalil) dengan ayat ini fîhi nazhar (masih menyisakan tanda tanya). Yang lebih baik dari istidlâl tersebut, adalah istidlâl dengan firman Allâh Azza wa Jalla : 

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ 

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabb-nya ada dua surga [ar-Rahmân/55:46]

Melalui ayat ini, Allâh Azza wa Jalla menyebutkan anugerah yang diberikan-Nya kepada bangsa manusia dan jin, dengan menjadikan surga sebagai balasan bagi mereka yang berbuat baik. Tidak mungkin Allâh Azza wa Jalla menyebutkan nikmat bagi mereka yang tidak mungkin mereka peroleh. Begitu pula, Allâh Azza wa Jalla membalas jin kafir dengan neraka – ini merupakan satu bentuk keadilan- , maka dibalasnya jin-jin Mukmin dengan balasan surga – yang merupakan petunjuk limpahan anugerah dari Allâh Azza wa Jalla – pantaslah Allâh Azza wa Jalla melakukannya. 

Dalil lain yang menunjukkan jin mukmin akan masuk surga, ialah keumuman firman Allâh Azza wa Jalla.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

“Sesungguhnya yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal [al-Kahfi/18:107], juga ayat-ayat lainnya. 

Apa yang diungkapkan Ulama bahwa balasan keimanan jin adalah digugurkannya dosa-dosa mereka dan dihindarkan dari siksa yang pedih. Hal ini secara otomatis bermakna mereka masuk surga. Sebab, di akhirat, tidak ada kecuali surga dan neraka saja. Siapa saja yang dilindungi dari neraka, berarti ia masuk surga, itu pasti. Tidak ada nash yang tegas ataupun zhahir dari Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan jin yang Mukmin tidak masuk surga, meskipun telah diselamatkan dari neraka. Seandanya ada dalil yang shahîh, pastilah kami akan berpendapat dengan mengikutinya. Wallâhu a’lam. 

HIDÂYÂTUL ÂYÂT (BEBERAPA PELAJARAN DARI AYAT)

1.Penetapan adanya alam jin. Karenanya, pengingkaran terhadap keberadaan jin seperti pengingkaran terhadap malaikat, hukumnya kufur.

2. Kewajiban sopan saat membaca al-Qur`ân dan mendengarkannya.

3. Kewajiban menyampaikan ajaran dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dalam hadits, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”.

4. Berpaling dari agama Allâh Azza wa Jalla akan menyebabkan jauh dari taufik dan rahmat. 

MARAJI.
1. Min Kunûzi al-Qur`ânil Karîm Tafsîru Âyâtin minal Kitâbil ‘Azîz, dari himpunan karya Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbâd hafizhahullâh dalam Kutub wa Rasâ’ilu ‘Abdil Muhsin bin Hamd al’Abbâd al-Badr Daar at-Tauhiid Riyaadh, Cet. I Th. 1418H, 1/300-3003.

2. Aisaru at-Tafâsîri li Kalâmi al-‘Aliyyil Kabîr , Abu Bakr Jâbir al-Jazâiri, Maktabah ‘Ulûm wal Hikam Cet. VI. Th.1423H 2/1232. 

Related Posts:

0 Response to "Tafsir Al Ahqaf Ayat 26-35"

Post a Comment