Ayat 46-54: Contoh berdakwah dengan hikmah dan nasihat yang baik serta meninggalkan perdebatan yang membawa kepada terus-menerus di atas kebatilan.
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (٤٦) قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (٤٧) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلامُ الْغُيُوبِ (٤٨) قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ (٤٩) قُلْ إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَى نَفْسِي وَإِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ (٥٠) وَلَوْ تَرَى إِذْ فَزِعُوا فَلا فَوْتَ وَأُخِذُوا مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ (٥١) وَقَالُوا آمَنَّا بِهِ وَأَنَّى لَهُمُ التَّنَاوُشُ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ (٥٢) وَقَدْ كَفَرُوا بِهِ مِنْ قَبْلُ وَيَقْذِفُونَ بِالْغَيْبِ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ (٥٣) وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ كَمَا فُعِلَ بِأَشْيَاعِهِمْ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا فِي شَكٍّ مُرِيبٍ (٥٤)
Terjemah Surat Saba’ Ayat 46-54
46. Katakanlah[1], "Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja[2], yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)[3] berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad)[4]. Kawanmu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.”
47. Katakanlah (Muhammad), "Imbalan apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu[5]. Imbalanku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[6].”
48. [7]Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran[8]. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib[9].”
49. Katakanlah, "Kebenaran telah datang[10] dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi[11].”
50. [12]Katakanlah, "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat untuk diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku[13]. Sungguh, Dia Maha Mendengar[14] lagi Mahadekat[15].”
51. Dan (alangkah mengerikan) sekiranya engkau melihat mereka (orang-orang kafir) ketika terperanjat ketakutan (pada hari Kiamat); lalu mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka)[16],
52. Dan (ketika) mereka berkata, "Kami beriman kepadanya[17].” Namun bagaimana mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh[18]?
53. Dan sungguh, mereka telah mengingkari Allah sebelum itu[19]; dan mereka mendustakan tentang yang gaib dari tempat yang jauh[20].
54. Dan diberi penghalang antara mereka dengan apa yang mereka inginkan[21] sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang sepaham dengan mereka terdahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam[22].
[1] Kepada mereka yang mendustakan lagi tetap membangkang, yang membantah kebenaran dan mendustakannya lagi mencela orang yang membawanya.
[2] Yakni aku nasihatkan kamu untuk melakukan tindakan ini, tindakan yang jujur dan adil, aku tidak mengajakmu untuk mengikuti kata-kataku dan tidak pula meninggalkan kata-katamu tanpa ada yang mengharuskannya.
[3] Untuk mencari kebenaran dan membahasnya baik dengan berkumpul beberapa orang atau sendiri untuk merenungi.
[4] Yakni apakah Beliau seperti yang mereka katakan, yakni sebagai orang gila, di mana dalam dirinya terdapat sifat orang-orang gila ataukah Beliau seorang nabi yang benar, pemberi peringatan terhadap hal yang membahayakan kamu, yaitu azab yang ada di depanmu. Seandainya mereka menerima nasihat ini tentu akan jelas bagi mereka bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah orang gila, dan tidak mungkin Beliau seperti itu, karena keadaannya tidak terlihat sebagai orang gila, bahkan keadaannya adalah keadaan orang yang paling baik, gerakannya adalah gerakan yang paling baik, di mana Beliau adalah manusia yang paling sempurna adabnya, paling tenang, paling tawadhu’ dan paling sopan, di mana hal itu tidaklah ada kecuali pada manusia yang paling kuat akalnya. Selanjutnya jika mereka mau memperhatikan ucapannya yang fasih, lafaznya yang manis, kalimatnya yang menyentuh hati, membersihkan jiwa, menyucikan hati, membangkitkan akhlak yang mulia, mendorong kepada akhlak yang bak dan menjauhkan dari akhlak yang buruk, di mana jika Beliau bicara maka akan ditatap oleh mata dengan rasa ta’zim kepadanya. Apakah orang yang seperti ini mirip dengan orang gila? Orang yang merenungi keadaan Beliau dan tujuannya adalah ingin mengetahui, apakah Beliau utusan Allah atau bukan, baik dengan berpikir sendiri atau bersama yang lain dengan suasana tenang, maka tentu dia akan dapat memastikan bahwa Beliau adalah utusan Allah dan benar-benar nabi-Nya. Mungkin di sana ada penghalang lagi yang menghalang mereka beriman, yaitu apakah Beliau meminta upah dari orang yang mengikuti seruannya atau mengambil upah atas dakwahnya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan kebersihan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dari perkara itu sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
[5] Maksud perkataan ini adalah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sama sekali tidak meminta upah kepada mereka, tetapi yang diminta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agar mereka beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan iman itu adalah untuk kebaikan mereka sendiri.
[6] Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, termasuk terhadap apa yang aku dakwahkan. Jika aku sebagai pendusta, tentu Dia akan menghukumku. Dia juga menyaksikan amalmu, menjaganya dan akan memberikan balasan.
[7] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan dalil-dalil untuk menerangkan yang hak dan membatalkan yang batil, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa yang demikian sudah menjadi sunnah dan kebiasaan-Nya, yaitu mewahyukan kebenaran untuk mengalahkan yang batil, sehingga yang batil itu binasa, karena di sini Dia menerangkan yang hak dan membantah ucapan orang-orang yang mendustakan agar menjadi pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran dan sebagai ayat bagi orang yang memperhatikan.
[8] Yang Dia sampaikan kepada para nabi.
[9] Bagaimana ucapan orang-orang yang mendustakan kalah, kedustaan dan pembangkangan mereka terbongkar, kebatilan kalah dan kebenaran tampak semakin jelas, yang demikian tidak lain karena Allah Maha Mengetahui yang gaib, Dia mengetahui yang tersembunyi dalam hati berupa was-was dan syubhat, serta mengetahui sesuatu yang dapat menyingkirkannya berupa hujjah, maka Dia memberitahukannya kepada hamba-hamba-Nya dan menerangkannya kepada mereka. Oleh karena itulah, Dia berfirman pada ayat selanjutnya, “Katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.”
[10] Yakni telah tampak bersinar dan terang sebagaimana terangnya matahari.
[11] Maksudnya ialah apabila kebenaran sudah datang maka kebatilan akan hancur binasa dan tidak dapat berbuat sesuatu untuk melawan dan meruntuhkan kebenaran itu.
[12] Ketika kebenaran yang didakwahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semakin jelas, sedangkan orang-orang yang mendustakan malah menuduh Beliau sesat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan kebenaran itu dan menerangkannya kepada mereka, serta menerangkan kelemahan mereka untuk mengadakan perlawanan kepada kebenaran serta memberitahukan, bahwa tuduhan sesat kepada Beliau tidaklah berpengaruh apa-apa terhadap kebenaran dan tidak dapat membantahnya, dan kalau pun Beliau memang sesat –dan tidak mungkin bagi Beliau untuk tersesat-, maka akibatnya untuk diri Beliau tidak kepada yang lain, dan jika Beliau mendapatkan petunjuk, maka bukan karena kemampuan Beliau dan kekuatan Beliau, akan tetapi karena wahyu yang Allah berikan kepada Beliau, di mana wahyu tersebut merupakan inti dari hidayah bagi Beliau dan selain Beliau.
[13] Berupa Al Qur’an dan hikmah (As Sunnah).
[14] Semua perkataan dan semua suara.
[15] Dengan orang yang berdoa dan meminta kepada-Nya.
[16] Mereka tidak jauh dari tempat azab, lalu mereka ditangkap dan dilemparkan ke dalam neraka.
[17] Kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atau kepada Al Qur’an.
[18] Maksudnya setelah mereka melihat bagaimana dasyatnya azab pada hari kiamat itu, mereka pun mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya padahal tempat beriman itu sudah jauh yaitu di dunia. Kalau seandainya mereka beriman di waktu yang memungkinkan (di dunia), tentu iman mereka diterima.
[19] Di dunia.
[20] Yakni mereka gunakan kebatilan untuk mengalahkan kebenaran, padahal tidak mungkin kebatilan dapat mengalahkan yang hak. Kebatilan hanyalah punya kemampuan ketika kebenaran sedang lengah, karena jika yang hak (benar) tampil dan mendatangi yang batil, maka kebatilan itu pasti runtuh. Menurut Mujahid, mereka menuduh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sangkaan, bukan dengan keyakinan, yaitu ucapan mereka bahwa Beliau pesihir, penyair dan dukun. Dengan demikian, maksudnya adalah mereka menuduh Beliau dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui dan dari tempat yang tidak mereka ketahui.
[21] Yang mereka inginkan itu ialah beriman kepada Allah atau kembali ke dunia untuk bertobat.
[22] Oleh karena itulah mereka tidak mau beriman.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Tafsir Saba’ Ayat 46-54"
Post a Comment