Ayat 56-60: Sikap orang-orang yang menentang ayat-ayat Allah dengan menggunakan kebatilan, tidak sama antara orang yang baik dan orang yang buruk, menetapkan akan terjadinya hari Kiamat, serta pengarahan untuk berdoa dan meminta kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (٥٦) لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٥٧) وَمَا يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلا الْمُسِيءُ قَلِيلا مَا تَتَذَكَّرُونَ (٥٨) إِنَّ السَّاعَةَ لآتِيَةٌ لا رَيْبَ فِيهَا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يُؤْمِنُونَ (٥٩) وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (٦٠)
Terjemah Surat Al Mu’min Ayat 56-60
56. [1]Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan (bukti) yang sampai kepada mereka[2], yang ada dalam dada mereka hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang tidak akan mereka capai, maka mintalah perlindungan kepada Allah[3]. Sungguh, Dia Maha Mendengar[4] lagi Maha Melihat[5].
57. [6]Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[7].
58. Dan tidak sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidak (sama) pula orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang berbuat kejahatan. Hanya sedikit sekali yang kamu ambil pelajaran[8].
59. Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang[9], tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi[10] kebanyakan manusia tidak beriman.
60. [11]Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku[12] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina[13].”
Ayat 61-66: Menyebutkan ayat-ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala di alam semesta, diingatkannya manusia terhadap penciptaan mereka, dimana mereka diciptakan dalam rupa yang sebaik-baiknya serta dikaruniakan akal agar mereka mendapatkan petunjuk.
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ (٦١) ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (٦٢) كَذَلِكَ يُؤْفَكُ الَّذِينَ كَانُوا بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (٦٣) اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (٦٤) هُوَ الْحَيُّ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٦٥) قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَمَّا جَاءَنِيَ الْبَيِّنَاتُ مِنْ رَبِّي وَأُمِرْتُ أَنْ أُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (٦٦)
Terjemah Surat Al Mu’min Ayat 61-66
61. [14]Allah-lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat padanya[15]; (dan menjadikan) siang terang benderang[16]. Sungguh, Allah benar-benar memiliki karunia[17] yang dilimpahkan kepada manusia[18], tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur[19].
62. Demikian Allah, Tuhanmu[20], Pencipta segala sesuatu[21], tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia[22]; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan[23]?
63. Demikianlah orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah dipalingkan[24].
64. Allah-lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap[25] dan langit sebagai atap[26], dan membentukmu lalu memperindah rupamu[27] serta memberimu rezeki dari yang baik-baik[28]. Demikian Allah[29], Tuhanmu, Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam[30].
65. Dialah yang hidup kekal[31], tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka sembahlah Dia[32] dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya[33]. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam[34].
66. [35]Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah[36] setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku[37]; dan aku diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam[38].
KANDUNGAN AYAT
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa orang yang memperdebatkan ayat-ayat-Nya untuk membatalkannya dengan kebatilan bukan dengan hujjah, maka sesungguhnya hal itu muncul dari kesombongan yang ada dalam hati mereka kepada kebenaran dan kepada orang yang membawanya, dan bahwa mereka menginginkan kebesaran dengan kebatilan itu. Inilah tujuan dan maksud mereka. Tetapi tujuan mereka tidak akan tercapai dan mereka tidak akan sampai kepadanya. Ayat ini merupakan nash yang tegas dan kabar gembira, bahwa orang yang mendebat kebenaran pasti akan kalah, dan bahwa setiap orang yang sombong terhadapnya, maka akan berakhir kepada kehinaan.
[2] Maksudnya mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang kepada mereka.
[3] Dari kejahatan mereka. Adapun menurut Syaikh As Sa’diy, tidak disebutkan dari apa seseorang berlindung menunjukkan umum, yakni hendaknya ia berlindung kepada Allah dari kesombongan itu sendiri yang membuat seseorang menolak yang hak, demikian pula hendaknya ia berlindung dari setan baik dari kalangan jin maupun manusia serta berlindung dari semua keburukan.
[4] Semua ucapan mereka.
[5] Semua keadaan mereka.
[6] Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang mengingkari kebangkitan.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan sesuatu yang telah diakui oleh akal, bahwa penciptaan langit dan bumi dengan keadaannya yang besar dan luas adalah lebih besar daripada penciptaan manusia, karena manusia jika dibandingkan dengan langit dan bumi, maka tidak ada artinya, bahkan ia sebagai makhluk yang sangat kecil. Nah, Tuhan yang mampu menciptakan makhluk-makhluk yang besar itu dan merapikannya, mampu mengulangi penciptaan manusia setelah mereka mati. Ini merupakan salah satu dalil ‘aqli (akal) yang menunjukkan benarnya kebangkitan. Namun sayang, kebanyakan manusia tidak mau memikirkan hal itu. Oleh karena itu, di akhir ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
[7] Mereka yang tidak mengetahui ini seperti orang yang buta, sedangkan orang yang mengetahuinya seperti orang yang melihat, dan tidak sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya.
[8] Kalau sekiranya kamu banyak mengambil pelajaran, memperhatikan tempat orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk, perbedaan antara keduanya dan kamu memiliki cita-cita yang tinggi, tentu kamu akan mengutamakan yang bermanfaat daripada yang berbahaya, petunjuk daripada kesesatan serta kebahagiaan yang kekal daripada kesenangan dunia yang sementara.
[9] Para rasul yang merupakan manusia paling jujur telah memberitahukannya, kitab-kitab samawi telah menyebutkannya, dimana berita dari semua itu menduduki posisi paling atas dalam kebenarannya, disamping didukung oleh penguat yang dapat disaksikan dan ayat-ayat yang ada di ufuk.
[10] Meskipun banyak dalilnya.
[11] Ini termasuk kelembutan Allah kepada hamba-hamba-Nya dan nikmat-Nya yang besar, dimana Dia mengajak mereka kepada sesuatu yang di sana terdapat kebaikan bagi agama dan dunia mereka, serta memerintahkan mereka berdoa kepada-Nya dan menjanjikan akan mengabulkan doa mereka. Demikian pula mengancam orang-orang yang sombong dari berdoa kepada-Nya.
[12] Yakni tidak mau berdoa kepada-Ku.
[13] Mereka akan memperoleh azab dan kehinaan sebagai balasan terhadap kesombongan mereka.
[14] Ayat ini dan setelahnya (ayat 61 s.d 65) menunjukkan luasnya rahmat Allah besarnya karunia-Nya dan wajibnya semua itu disyukuri, serta menunjukkan sempurnanya kekuasaan-Nya, besar dan luasnya kerajaan-Nya, meratanya penciptaan-Nya kepada segala sesuatu, sempurnanya hidup-Nya, disifati-Nya dengan pujian atas semua sifat sempurna pada-Nya, atas perbuatan-Nya yang indah dan sempurnanya rububiyyah-Nya (pengurusan-Nya) terhadap seluruh alam dan sendirinya Dia dalam mengurusnya. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa semua pengurusan terhadap alam bagian atas maupun alam bagian bawah baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang berada di Tangan Allah Ta’ala. Tidak seorang pun yang berkuasa terhadapnya. Oleh karena itu, Dia sajalah yang berhak disembah.
Dari ayat-ayat ini, diharapkan hati seseorang dapat terpenuhi dengan ma’rifatullah (mengenal Allah), mencintai-Nya, takut dan berharap kepada-Nya. Kedua perkara ini, yakni mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya adalah maksud diciptakan manusia, itulah yang diinginkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dari hamba-hamba-Nya, dan keduanya adalah kenikmatan yang paling tinggi secara mutlak, dan keduanya merupakan sesuatu yang jika hilang, maka akan hilang semua kebaikan dan akan datang semua keburukan. Oleh karena itu, kita meminta kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala agar Dia memenuhi hati kita dengan ma’rifat (mengenal-Nya) dan mencintai-Nya, dan menjadikan gerakan kita baik yang tampak maupun tersembunyi ikhlas karena-Nya dan mengikuti perintah-Nya, sesungguhnya Dia tidak berat untuk diminta.
[15] Dari melakukan aktifitas, dimana jika kamu terus menerus beraktifitas tentu akan memadharatkan dirimu.
Kamu dapat pergi ke tempat tidur, lalu Allah melimpahkan nikmat tidur kepadamu sehingga hati dan badanmu dapat beristirahat.
[16] Dengan diciptakan-Nya matahari.
Kamu dapat bangun dari tempat tidurmu untuk melakukan aktifitas selanjutnya, baik yang terkait dengan agama maupun dunia. Aktifitas yang terkait dengan agama seperti dzikr, shalat, membaca Al Qur’an, dan menuntut ilmu serta mengajarkannya. Aktifitas yang terkait dengan dunia seperti berusaha, berdagang, jual beli, bertani, bepergian, dan lain-lain.
[17] Yang besar.
[18] Dia melimpahkan nikmat-nikmat itu dan nikmat-nikmat lainnya serta menghindarkan bahaya dari mereka. Hal ini seharusnya membuat mereka bersyukur dan mengingat-Nya.
[19] Disebabkan kebodohan dan kezaliman mereka. Dalam ayat lain, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan, bahwa sedikit sekali hamba-hamba-Nya yang bersyukur, yakni yang mengakui nikmat Tuhannya, tunduk kepada-Nya dan mencintai-Nya serta menggunakan nikmat itu untuk ketaatan kepada-Nya dan mencari keridhaan-Nya.
[20] Yang berhak disembah satu-satunya dan yang sendiri mengatur alam semesta, karena sendirinya Dia memberikan nikmat-nikmat itu termasuk rububiyyah(pengaturan)-Nya, dan wajibnya disyukuri nikmat-nikmat itu termasuk uluhiyyah-Nya(keberhakan-Nya disembah).
[21] Pernyataan terhadap Rububiyyah-Nya.
[22] Pernyataan terhadap Uluhiyyah-Nya. Selanjutnya Allah menegaskan perintah-Nya untuk beribadah hanya kepada-Nya.
[23] Dari beriman dan beribadah kepada-Nya padahal jelas buktinya.
[24] Dari tauhid dan ikhlas sebagai hukuman karena mengingkari ayat-ayat Allah dan melampaui batas terhadap rasul-rasul-Nya.
[25] Dengan tenang dan telah siap segala sesuatu yang dibutuhkan untuk maslahat kamu. Kamu bisa menggarapnya, membuat bangunan di atasnya, bepergian dan tinggal di sana.
[26] Yakni sebagai atap bagi bumi yang kamu tempati. Allah telah menjadikan di langit sesuatu yang dapat kamu ambil manfaat darinya, seperti cahaya dan tanda-tanda yang dipakai rambu-rambu di tengah kegelapan malam di daratan dan lautan.
[27] Oleh karena itu, tidak ada makhluk hidup di dunia yang lebih baik bentuknya daripada manusia sebagaimana diterangkan dalam surah At Tiin: 5. Jika kita ingin mengetahui bagusnya bentuk manusia dan sempurnanya hikmah Allah Ta’ala padanya, maka perhatikanlah anggota badannya satu persatu, apakah kamu mendapatkan ada anggota badan yang tidak cocok ditaruh di sana?
[28] Rezeki yang baik-baik ini mencakup makanan, minuman, pernikahan, pakaian, pemandangan, suara yang enak didengar, dan hal-hal baik lainnya yang Allah mudahkan untuk hamba-hamba-Nya dan Dia mudahkan sebab-sebabnya, serta Dia hindarkan dari mereka perkara yang buruk yang bertentangan dengannya; yang membahayakan badan, hati, dan agama mereka.
[29] Yakni yang mengatur urusan dan mengaruniakan berbagai nikmat kepadamu.
[30] Yakni Maha Agung dan Maha banyak kebaikan dan ihsan-Nya yang mengurus alam semesta dengan nikmat-nikmat-Nya.
[31] Dia Mahahidup secara sempurna, dimana hal ini mengharuskan adanya sifat-sifat Dzatiyah yang dengannya kehidupan menjadi sempurna, yaitu mendengar, melihat, berkuasa, mengetahui, berfirman, dan lainnya yang termasuk sifat kesempurnaan-Nya dan keagungan-Nya.
[32] Kalimat “Fad'uuh" (maka berdoalah kepada-Nya), mencakup doa ibadah dan doa mas’alah.
Doa Ibadah maksudnya, seseorang beribadah dengan doa itu dengan mengharap pahala-Nya dan takut kepada siksa-Nya. Sedangkan Doa Masalah maksudnya, meminta kebutuhan. Hal ini (doa mas’alah) bisa menjadi ibadah jika dari seorang hamba kepada Tuhannya, karena di dalamnya mengandung rasa butuh kepada Allah Ta’ala, kembali kepada-Nya dan meyakini bahwa Dia Mahakuasa, Maha Pemurah lagi Mahaluas karunia dan rahmat-Nya, dan diperbolehkan apabila berasal dari seorang hamba kepada hamba yang lain jika yang diminta itu mengerti doa itu dan mampu memenuhinya, sebagaimana dalam kata-kata seseorang, “Wahai fulan, berilah saya makan.”
[33] Yakni niatkanlah dalam semua ibadah, doa dan amal saleh untuk mencari keridhaan Allah, karena ikhlas itulah yang diperintahkan sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Terj. Al Bayyinah: 5)
[34] Yakni semua pujian dan sanjungan dengan ucapan seperti ucapan makhluk ketika mengingat-Nya, dan dengan perbuatan seperti ibadah mereka kepada-Nya. Semua ini untuk Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja tidak ada sekutu bagi-Nya karena sempurnanya sifat-Nya dan perbuatan-Nya dan karena sempurna nikmat-nikmat-Nya.
[35] Setelah Allah menyebutkan perintah beribadah dengan ikhlas kepada Allah, dan menyebutkan pula dalil dan buktinya, maka Dia menegaskan larangan beribadah kepada selain-Nya.
[36] Baik berupa patung, berhala maupun lainnya.
[37] Yang menunjukkan keesaan-Nya.
[38] Baik dengan hatiku, lisanku maupun anggota badanku, yaitu dengan tunduk menaati-Nya dan menyerahkan diri kepada perintah-Nya.
Perintah mentauhidkan-Nya merupakan perintah paling agung secara mutlak, dan larangan berbuat syirk merupakan larangan paling agung secara mutlak.
0 Response to "Tafsir Al Mu’min Ayat 56-66"
Post a Comment