Ayat 67-75: Keingkaran orang-orang kafir terhadap hari kebangkitan padahal banyak bukti-buktinya, dan penjelasan bahwa yang gaib hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ (٦٧)لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (٦٨)قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (٦٩)وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلا تَكُنْ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (٧٠) وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٧١) قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ (٧٢) وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَشْكُرُونَ (٧٣) وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (٧٤) وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (٧٥
Terjemah Surat An Naml Ayat 67-75
67. Dan orang-orang yang kafir berkata[1], "Setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) nenek moyang kita, apa benar kita akan dikeluarkan (dari kubur)[2]?
68. Sejak dahulu kami telah diberi ancaman dengan ini (hari kebangkitan); kami dan nenek moyang kami[3]. Sebenarnya ini hanyalah dongeng orang terdahulu.”
69. [4]Katakanlah (Muhammad), "Berjalanlah kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa[5].
70. [6]Dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap upaya tipu daya mereka.”
71. Dan mereka[7] (orang kafir) berkata, "Kapankah datangnya janji (azab itu), jika kamu orang yang benar[8].”
72. Katakanlah (Muhammad), "Boleh jadi sebagian dari (azab) yang kamu minta disegerakan itu telah hampir sampai kepadamu[9].”
73. [10]Dan sungguh, Tuhanmu benar-benar memiliki karunia (yang diberikan-Nya) kepada manusia[11], tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).
74. Dan sungguh, Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan[12].
75. Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di bumi, melainkan (tercatat) dalam kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)[13].
Ayat 76-81: Penjelasan yang hak ada pada Al Qur’an, hidayah berasal dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala, perintah bertawakkal kepada-Nya, kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bahwa Al Qur’an adalah bukti terhadap kebenarannya.
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (٧٦) وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (٧٧) إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ (٧٨) فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ (٧٩) إِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (٨٠) وَمَا أَنْتَ بِهَادِ الْعُمْيِ عَنْ ضَلالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ (٨١) وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الأرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لا يُوقِنُونَ (٨٢) وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ (٨٣
Terjemah Surat An Naml Ayat 76-81
76. [14]Sungguh, Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail[15] sebagian besar dari (perkara) yang mereka perselisihkan[16].
77. Dan sungguh, (Al Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk[17] dan rahmat[18] bagi orang-orang yang beriman[19].
78. Sungguh, Tuhanmu akan menyelesaikan (perkara) di antara mereka[20] dengan hukum-Nya (yang adil)[21], dan Dia Mahaperkasa[22]lagi Maha Mengetahui[23].
79. Maka bertawakkallah kepada Allah[24], sungguh engkau (Muhammad) berada di atas kebenaran yang nyata[25].
80. [26]Sungguh, engkau tidak dapat menjadikan orang yang mati dapat mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang yang tuli dapat mendengar seruan, (terlebih) apabila mereka telah berpaling ke belakang[27].
81. Dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk orang buta dari kesesatannya. Engkau tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri[28].
[1] Mengingkari kebangkitan.
[2] Menurut mereka, hal ini mustahil. Yang demikian karena mereka menyamakan Zat Yang Mahakuasa dengan kemampuan mereka yang lemah.
[3] Yakni ternyata tidak datang, dan kami tidak melihatnya.
Setelah memberitakan tentang keadaan mereka yang mendustakan, selanjutnya disebutkan keadaan mereka sehingga seperti itu, yaitu karena mereka tidak mengetahui kapan tibanya kiamat, lemahnya pengetahuan mereka tentang itu, dan memberitahukan bahwa mereka masih ragu-ragu, bahkan buta tentangnya, selanjutnya memberitakan tentang pengingkaran mereka terhadap kebangkitan dan anggapan mustahil terjadi. Oleh karena itulah, rasa takut kepada akhirat hilang dari hati mereka, mereka pun berani mengerjakan maksiat dan menjadi ringan untuk menolak yang hak (benar), membenarkan yang batil, merasakan manisnya memenuhi syahwat daripada beribadah, sehingga rugi dunia dan akhiratnya.
[4] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan mereka terhadap kebenaran yang diberitakan para rasul.
[5] Oleh karena itu, kamu tidak mendapatkan pelaku dosa tetap di atas dosanya kecuali kesudahannya sangat buruk, Allah akan menimpakan kepadanya keburukan dan hukuman yang cocok dengan keadaannya.
[6] Ayat ini merupakan hiburan bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar tidak mempedulikan tipu daya mereka terhadap Beliau, karena Allah yang akan membela Beliau.
[7] Yakni orang-orang yang mendustakan akhirat dan mendustakan kebenaran yang dibawa rasul sambil meminta disegerakan azab.
[8] Ini termasuk kebodohan mereka, karena terjadinya telah Allah tetapkan waktunya, sehingga tidak disegerakan tidaklah menunjukkan bahwa hal itu tidak terjadi.
[9] Para mufassir menafsirkan bahwa azab yang akan segera mereka alami ialah kekalahan mereka di peperangan Badar, dan selebihnya akan mereka alami setelah mati.
[10] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan hamba-hamba-Nya terhadap luasnya kepemurahan-Nya dan banyak karunia-Nya serta mendorong mereka untuk mensyukurinya. Meskipun begitu, kebanyakan manusia berpaling dari syukur, sibuk dengan nikmat-nikmat dan lupa kepada Pemberi nikmat, tidak mengakui nikmat itu berasal dari-Nya, tidak mau memuji-Nya dan tidak mau mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
[11] Termasuk di antaranya ditunda-Nya azab dari orang-orang kafir.
[12] Dengan lisan mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka berhati-hati kepada Tuhan mereka yang mengetahui semua yang tampak maupun tersembunyi dan merasakan pengawasan-Nya.
[13] Kitab itu meliput segala sesuatu yang telah terjadi dan akan terjadi sampai tegaknya hari kiamat. Oleh karena itu, segala yang terjadi besar maupun kecil kecuali sesuai yang tertulis dalam Lauh Mahfuzh.
[14] Ayat ini memberitakan tentang pengawasan Al Qur’an terhadap kitab-kitab yang terdahulu, merincikan dan menjelaskannya terhadap kesamaran yang ada dalam kitab-kitab tersebut dan perselisihan yang terjadi di kalangan Bani Israil, maka Al Qur’an menjelaskan dengan penjelasan yang menyingkirkan kemusykilan dan menerangkan yang benar di antara masalah yang diperselisihkan. Jika seperti ini kemuliaannya dan kejelasannya, serta menyingkirkan segala khilaf dan menyelesaikan segala kemusykilan, maka ia merupakan nikmat yang paling besar yang diberikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya, akan tetapi sedikit sekali yang menyikapi nikmat ini dengan sikap syukur. Oleh karena itulah, pada ayat selanjutnya Allah menerangkan, bahwa manfaat, cahaya dan petunjuk Al Qur’an hanyalah dikhususkan kepada orang-orang mukmin.
[15] Yang ada di zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
[16] Al Qur’an menjelaskan sesuatu yang mereka perselisihkan, sehingga tidak ada lagi kebingungan di benak mereka jika mereka mau mengikutinya dan masuk Islam.
[17] Agar tidak tersesat.
[18] Dada mereka menjadi sejuk karenanya dan urusan mereka baik yang terkait dengan agama maupun dunia menjadi lurus.
[19] Yakni orang-orang yang membenarkannya, menerimanya, mentadabburinya dan memikirkan makna-maknanya. Mereka inilah yang memperoleh hidayah kepada jalan yang lurus dan rahmat yang mengandung kebahagiaan dan keberuntungan.
[20] Di antara orang-orang yang berselisih.
[21] Segala masalah yang di sana terdapat kesamaran antara orang-orang yang berselisih karena samarnya dalil atau sebagian maksudnya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menerangkan pada hari itu yang benarnya ketika Allah memberikan keputusan.
[22] Dia mengalahkan semua makhluk, sehingga mereka semua tunduk.
[23] Segala sesuatu, termasuk ucapan orang-orang yang berselisih, apa yang muncul dari mereka, tujuan dan maksudnya, dan Dia akan memberikan balasan kepada masing-masing sesuai ilmu-Nya.
[24] Yakni serahkanlah urusan kepada-Nya atau percayalah kepada-Nya, atau bersandarlah kepada-Nya dalam menyampaikan risalah, menegakkan agama, dan berjihad melawan musuh.
[25] Oleh karena itu, jangan ragu-ragu dan tetap maju sambil bertawakkal kepada-Nya karena engkau di atas yang hak, sedangkan mereka di atas yang batil, dan kesudahan yang baik akan didapatkan oleh orang-orang yang berada di atas yang hak.
[26] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpamakan mereka (orang-orang kafir) dengan orang-orang yang mati, tuli dan buta.
[27] Karena hal ini lebih menunjukkan bahwa mereka tidak mau mendengarkan.
[28] Yakni mereka yang beriman kepada ayat-ayat Allah disertai sikap tunduk kepada ayat-ayat itu dengan amal mereka dan sikap menyerahkan diri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Tafsir An Naml Ayat 67-81"
Post a Comment