Ayat 40-49: Balasan untuk orang-orang mukmin di surga .
إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (٤٠) أُولَئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ (٤١) فَوَاكِهُ وَهُمْ مُكْرَمُونَ (٤٢) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (٤٣) عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ (٤٤) يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ (٤٥) بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ (٤٦) لا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنْزَفُونَ (٤٧) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ (٤٨) كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ (٤٩)
Terjemah Surat Ash Shaaffaat Ayat 40-49
40. Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)[1],
41. mereka itu memperoleh rezeki yang sudah ditentukan[2],
42. (yaitu) buah-buahan[3]. Dan mereka orang yang dimuliakan[4],
43. di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan[5],
44. [6](mereka duduk) berhadap-hadapan[7] di atas dipan-dipan.
45. Kepada mereka diedarkan gelas yang berisi air khamr (arak) dari mata air (surga)[8].
46. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum.
47. Tidak ada di dalamnya (unsur) yang memabukkan dan mereka tidak mabuk karenanya.
48. Dan di sisi mereka ada (bidadari-bidadari) yang bermata indah dan membatasi pandangannya[9],
49. seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik[10].
Ayat 50-61: Pentingnya memilih teman yang baik, menjauhi teman yang buruk dan perlombaan yang terbaik; yaitu berlomba untuk mengejar surga.
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (٥٠) قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ (٥١) يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ (٥٢) أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ (٥٣) قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ (٥٤)فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ (٥٥) قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ (٥٦) وَلَوْلا نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ (٥٧) أَفَمَا نَحْنُ بِمَيِّتِينَ (٥٨) إِلا مَوْتَتَنَا الأولَى وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (٥٩) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٦٠) لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ (٦١)
Terjemah Surat Ash Shaaffaat Ayat 50-61
50. [11]Lalu mereka berhadap-hadapan satu sama lain sambil bercakap-cakap[12].
51. Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman,
52. yang berkata[13], "Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)?
53. Apabila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan[14]?"
54. Dia berkata, "Maukah kamu meninjau (temanku itu)[15]?"
55. Maka dia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala[16].
56. Dia berkata[17], "Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku[18],
57. Dan sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku[19] pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).”
58. [20]Maka apakah kita tidak akan mati?
59. Kecuali kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan diazab (di akhirat ini)?”
60. [21]Sungguh, ini benar-benar kemenangan yang agung.
61. Untuk (kemenangan) serupa ini hendaklah beramal orang-orang yang mampu beramal[22]."
[1] Yakni mereka tidak mendapatkan azab yang pedih itu, karena mereka mengikhlaskan amal karena Allah, maka Allah membersihkannya (dari dosa), mengistimewakan mereka dengan rahmat-Nya dan memberikan kepemurahan-Nya dengan kelembutan-Nya.
[2] Yakni tidak tersembunyi. Rezeki tersebut sangat besar dan tidak samar keadaannya, namun tidak tercapai hakikatnya. Kemudian rezeki tersebut diterangkan dengan ayat berikutnya.
[3] Buah-buahan itu dimakan untuk bersenang-senang bukan untuk menjaga kesehatan, karena penghuni surga tidak perlu menjaga kesehatannya, di mana jasad mereka diciptakan untuk kekekalan.
[4] Yakni tidak dihinakan dan direndahkan, bahkan dimuliakan, dibesarkan dan dihormati baik antara sesama mereka maupun oleh malaikat, di mana para malaikat masuk menemui mereka dari setiap pintu serta mengucapkan salam. Demikian juga Tuhan mereka memuliakan mereka dan melimpahkan berbagai kemuliaan, berupa kenikmatan bagi hati, ruh maupun badan.
[5] Yakni di dalam surga yang kenikmatan dan kesenangan menjadi sifatnya karena mencakup semua itu, di mana di dalamnya terdapat kenikmatan yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia, dan selamat dari segala yang mengurangi kenikmatannya.
Dalam ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan balasan secara garis besar untuk penghuni surga, dan pada ayat selanjutnya, Allah sebutkan balasannya secara rinci agar jiwa menjadi rindu untuk memperolehnya dan membuatnya semangat mengejarnya, berbeda jika hanya disebutkan secara garis besar, tentu semangatnya kurang karena masih belum jelas.
[6] Termasuk di antara kemuliaan mereka di sisi Tuhan mereka dan pemuliaan antara sesama mereka adalah bahwa mereka berada di atas dipan-dipan, yaitu tempat duduk yang tinggi yang dihias dengan kain-kain yang mewah lagi indah dan mereka bersandar di atasnya sambil bersantai dan bergembira.
[7] Menghadapnya mereka satu sama lain menunjukkan bahwa hati mereka juga bersatu (tidak bermusuhan) dan memiliki sopan santun terhadap yang lain, mereka tidak saling membelakangi atau mengenyampingkan.
[8] Yakni anak-anak muda yang menjadi pelayan mereka bolak-balik melayani mereka dengan membawakan minuman yang enak dengan gelas yang indah dipandang yang isinya khamr (arak) murni yang masih dilak (disegel). Khamr ini berbeda dengan khamr dengan khamr di dunia dari berbagai sisi, warnanya putih dan rasanya lezat sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya. Peminumnya merasa nikmat baik ketika meminumnya maupun setelahnya, dan keadaannya tidak memabukkan, tidak membuat kepala pusing serta tidak keruh.
[9] Kepada suami mereka, yang demikian bisa karena sifat iffah (menjaga diri) yang tinggi dari mereka dan bisa juga karena gantengnya suami mereka, sehingga bidadari ini tidak meminta di surga selain meminta suaminya itu dan tidak cinta kecuali kepadanya. Bisa juga maksudnya bahwa bidadari itu membuat pandangan suami tercurah hanya kepadanya karena demikian cantiknya. Semua makna ini adalah benar, dan hal ini menunjukkan ganteng dan cantiknya penghuni surga, baik laki-laki maupun wanitanya dan saling cinta satu sama lain, dan cinta itu hanya tertuju kepada istri atau suaminya masing-masing; tidak kepada selainnya karena tingginya rasa ‘iffah mereka, dan bahwa di sana tidak ada yang iri serta tidak saling membenci, karena memang tidak ada sebab-sebabnya.
[10] Karena indah, bersih dan cantiknya mereka, dan kulitnya pun putih.
[11] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan tentang kenikmatan yang mereka peroleh dan sempurnanya kegembiraan mereka karena memperoleh makanan, minuman, bidadari dan tempat duduk yang indah, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan perbincangan mereka tentang berbagai perkara yang terjadi di masa lalu, sampai pembicaraan itu berlanjut membicarakan tentang kawannya dahulu ketika di dunia yang mengingkari kebangkitan dan pernah mencelanya karena keimanannya kepada kebangkitan.
[12] Tentang hal yang telah berlalu ketika di dunia. Menurut Syaikh As Sa’diy, dibuang objeknya (sesuatu yang ditanyakan), sedangkan keadaannya dalam keadaan senang dan gembira, menunjukkan bahwa mereka saling bertanya-tanya tentang sesuatu yang enak dibicarakan serta masalah-masalah yang terjadi perselisihan atau masih musykil. Sudah menjadi maklum, bahwa kesenangan ahli ilmu adalah bertanya tentang ilmu dan mengkajinya, bahkan lebih nikmat daripada pembicaraan tentang dunia, dan ketika itu mereka mengetahui berbagai hakikat ilmiyyah di surga yang tidak mungkin diungkapkan.
[13] Sambil mencela.
[14] Terhadap amal yang kita kerjakan.
Seorang penghuni surga menceritakan kepada saudara-saudaranya tentang kawannya ketika di dunia yang mengingkari kebangkitan, di mana kawannya itu pernah berkata kepadanya yang maknanya adalah, “Mengapa kamu mengimani perkara yang jauh dan asing ini, yaitu bahwa apabila kita telah hancur menjadi tanah dan tulang belulang kita akan dibangkitkan kembali untuk dihisab dan diberikan balasan?“ Kawannya ini tetap mengingkari kebangkitan sampai ia mati, sedangkan ia tetap beriman kepada kebangkitan sampai ia mati. Oleh karenanya, ia memperoleh kenikmatan seperti yang disebutkan di atas, sedangkan kawannya menerima azab, wal ‘iyaadz billah.
[15] Yakni untuk melihatnya. Zahir ayat ini adalah, bahwa saudara-saudaranya akhirnya bersama-sama pergi mengikutinya untuk meninjau dan melihat orang yang diceritakannya itu.
[16] Dan azab telah meliputinya. Ya Allah masukkanlah kami ke dalam surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah masukkanlah kami ke dalam surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah masukkanlah kami ke dalam surga dan jauhkanlah kami dari neraka.
[17] Sambil mencela keadaan kawannya dan sambil bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya yang menyelelamatkannya dari tipu daya kawannya.
[18] Dengan melemparkan berbagai syubhat kepadaku agar aku mengikutimu.
[19] Yang mengokohkanku di atas Islam.
[20] Penghuni surga selanjutnya berkata dalam bentuk pertanyaan seperti yang disebutkan dalam ayat di atas; menyampaikan kata-kata gembiranya atas nikmat Allah sambil menyebut-nyebut nikmat-Nya kepadanya karena hidupnya yang kekal dan selamat dari azab, di mana kandungannya adalah untuk menguatkan dan mengokohkan.
[21] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kenikmatan di surga dan menyifatinya dengan sifat-sifat yang indah, memujinya dan membuat manusia rindu kepadanya serta mendorong untuk beramal, maka Dia berfirman, “Sungguh, ini benar-benar kemenangan yang agung.” Yakni dengannya semua kebaikan diperoleh, demikian pula apa saja yang diinginkan oleh jiwa, dan dengannya semua yang dikhawatirkan serta hal yang tidak diinginkan terhindar. Oleh karena itu, kemenangan apa lagi yang lebih agung daripadanya? Bukankah ia merupakan puncak cita-cita dan akhir dari tujuan, di mana Tuhan Pencipta langit dan bumi telah menaruh rasa ridha kepada mereka, dan mereka pun bergembira karena dekat dengan-Nya, merasakan nikmat dengan mengenal-Nya dan merasa senang melihat-Nya serta bergembira karena mendengar firman-Nya.
[22] Ia lebih berhak untuk diberikan sesuatu yang paling berharga dan diseriusi oleh orang-orang yang berakal, dan kerugian yang besar ketika waktu berlalu begitu saja tanpa diisi dengan amal yang dapat memasukkannya ke surga, lalu bagaimana dengan orang yang mengisi hidupnya dengan dosa-dosa, maka semoga Allah melindungi kita darinya, amin yaa Rabbal ‘aalamin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Tafsir Ash Shaaffaat Ayat 40-61"
Post a Comment