Tafsir Hud Ayat 6-16

Ayat 6-7: Di antara bukti pengetahuan Allah dan kekuasaan-Nya, serta sikap kaum musyrikin terhadap kebangkitan

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (٦) وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ (٧)

Terjemah Surat Hud Ayat 6-7

6. Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa)[1] di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya[2]. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

[1] Baik manusia, hewan darat maupun hewan laut.

[2] Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat kediamannya di sini adalah dunia dan tempat penyimpanan adalah akhirat. Menurut ahli tafsir yang lain maksud tempat kediamannya adalah tulang sulbi dan tempat penyimpanan adalah rahim. Ada pula yang menafsirkan “tempat kediaman” adalah tempat makhluk tersebut berdiam atau bermukim, sedangkan maksud “tempat penyimpanannya” adalah tempat pindahnya.

7. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa[3], dan ‘arsyi(singgasana)-Nya di atas air[4], agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya[5]. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekah), "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati[6],” niscaya orang kafir itu akan berkata, "Ini[7] hanyalah sihir yang nyata.”

[3] Awalnya adalah hari Ahad dan akhirnya adalah hari Jum’at.

[4] Yang berada di atas langit yang tujuh. Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan langit dan bumi, Dia bersemayam di atas ‘Arsy, mengatur segala urusan dan mengendalikannya sesuai kehendak-Nya dengan hukum-hukum qadari dan syar’i-Nya.

[5] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya berupa manfaat dan maslahat bagi manusia adalah untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling taat (paling ikhlas amalnya dan paling sesuai dengan sunnah Rasul-Nya, di mana keduanya merupakan syarat diterimanya amal). Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya, barang siapa yang melakukannya maka dia akan beruntung, sebaliknya barang siapa yang berpaling darinya, maka dia akan rugi, dan Allah akan mengumpulkannya di hari pembalasan, oleh karenanya pada lanjutan ayat di atas, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keingkaran orang-orang kafir kepada hari pembalasan.

[6] Yakni niscaya mereka akan mengingkarinya dengan pengingkaran yang keras sampai berkata seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

[7] Maksud mereka mengatakan bahwa kebangkitan nanti sama dengan sihir adalah kebangkitan itu tidak ada sebagaimana sihir itu hanyalah khayalan belaka. Sedangkan menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan kata “ini” adalah Al Quran, dan ada pula yang menafsirkan kata “ini” dengan hari berbangkit.

Ayat 8-11: Perbedaan sifat antara orang kafir dengan orang mukmin, bagaimana orang-orang kafir meminta disegerakan azab, dan sikap mereka ketika mendapatkan bencana dan kesenangan

وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَى أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُ أَلا يَوْمَ يَأْتِيهِمْ لَيْسَ مَصْرُوفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (٨) وَلَئِنْ أَذَقْنَا الإنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ (٩) وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ (١٠) إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (١١)

Terjemah Surat Hud Ayat 8-11

8. Dan sungguh, jika Kami tangguhkan azab terhadap mereka sampai waktu yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata[8], "Apakah yang menghalanginya[9]?" Ketahuilah, ketika azab itu datang kepada mereka, tidaklah dapat dielakkan oleh mereka. Mereka dikepung (azab) yang dahulu mereka memperolok-olokkannya.

[8] Dengan nada mengolok-olok; karena kebodohan dan kezaliman mereka.

[9] Yakni apa yang menghalangi azab itu turun?

9.[10] Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia[11], kemudian rahmat itu Kami cabut kembali, pastilah Dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih.

[10] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang tabi’at manusia yang zalim lagi jahil, bahwa jika Allah memberikan rahmat kepadanya seperti sehat dan rezeki yang banyak, lalu dicabut-Nya rahmat itu, maka ia langsung berputus asa; tidak mengharap pahala Allah terhadap musibah itu, dan tidak terlintas dalam hatinya bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengembalikannya atau mengembalikan yang semisalnya atau bahkan yang lebih baik daripadanya, dan bahwa jika Alah memberikan rahmat setelah ia ditimpa bencana, ia pun langsung bergembira dan berbangga serta mengira bahwa kenikmatan itu akan tetap langgeng padanya. Ia bergembira karena nikmat itu dan membanggakan diri di hadapan hamba-hamba Allah dengan bersikap sombong dan ujub lagi merendahkan mereka. Inilah tabi’at manusia. Namun tidak semua manusia seperti ini, bahkan di antara mereka ada yang diberi taufiq oleh Allah dan dikeluarkan-Nya dari akhlak tercela ini seperti yang disebutkan di ayat 11 surat ini.

[11] Seperti halnya orang yang kafir.

10. Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan berkata, "Telah hilang bencana itu dariku." Sesungguhnya dia merasa sangat gembira dan bangga[12],

[12] Ia tidak bersyukur terhadapnya.

11. Kecuali orang-orang yang sabar[13], dan mengerjakan amal saleh[14], mereka memperoleh ampunan[15] dan pahala yang besar[16].

[13] Ketika mendapatkan musibah seingga tidak berputus asa, dan bersabar ketika mendapatkan nikmat sehingga tidak sombong, bahkan mensyukurinya.

[14] Yang wajib maupun yang sunat.

[15] Terhadap dosa-dosa mereka sehingga segala yang dikawatirkan hilang.

[16] Yaitu surga.

Ayat 12: Hiburan bagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap apa yang menimpa Beliau dari kaumnya, dan perintah kepada Beliau untuk bersabar dalam berdakwah

فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَنْ يَقُولُوا لَوْلا أُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ جَاءَ مَعَهُ مَلَكٌ إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (١٢

Terjemah Surat Hud Ayat 12

12.[17] Maka boleh jadi engkau (Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu[18] dan dadamu sempit karenanya[19], karena mereka akan mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta (kekayaan) atau datang bersamanya malaikat[20]?" Sungguh, engkau hanyalah seorang pemberi peringatan[21] dan Allah pemelihara segala sesuatu[22].

[17] Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghibur Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam karena didustakan.

[18] Dengan tidak menyampaikan kepada mereka karena mereka tidak peduli.

[19] Ketika membacakan ayat Al Qur’an kepada mereka karena mereka akan mengatakan seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

[20] Yang membenarkannya. Meninggalkan dakwah hanya karena akan dikatakan begini dan begitu tidaklah pantas bagimu. Tidak selayaknya perkataan mereka mengusik hatimu dan menghalangi apa yang selama ini engkau lakukan, yaitu dakwah. Sesungguhnya perkataan mereka muncul dari sikap keras, zalim, penentangan, kesesatan, dan kebodohannya terhadap hujjah dan dalil yang disampaikan. Oleh karena itu, tetaplah engkau berdakwah, dan janganlah perkataan yang lemah yang timbul dari orang yang kurang akal menghalangimu dan menyesakkan dadamu. Dalam ayat ini terdapat petunjuk, bahwa tidak patut bagi da’i yang mengajak manusia kepada Allah berhenti berdakwah hanya karena ada yang menghalangi atau ada yang mencela, khususnya apabila celaannya idak memiliki sandaran, tidak tertuju kepada dakwahnya, dan hendaknya ia tidak merasa sempit dada, bahkan tetap tenang, dan terus berdakwah.

[21] Kewajibanmu hanyalah menyampaikan; tidak mendatangkan apa yang mereka usulkan.

[22] Allah yang memelihara amal mereka dan akan memberi balasan terhadapnya.

Ayat 13-14: Mukjizat Al Qur’anul Karim, dan tantangan kepada manusia yang mengingkarinya untuk memndatangkan sepuluh surah yang semisal dengan Al Qur’an, dan bahwa mereka tidak akan sanggup mendatangkannya karena ia adalah firman Allah Rabbul ‘aalamiin

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (١٣) فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٤

Terjemah Surat Hud Ayat 13-14

13. Bahkan mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al Quran itu." Katakanlah, "(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surat semisal dengannya (Al Qur’an)[23] yang dibuat-buat[24], dan ajaklah[25] siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar[26].”

[23] Dalam hal kefasehan dan ketinggian sastra.

[24] Karena kalian adalah orang-orang Arab yang faseh dalam berbahasa. Allah Subhaanahu wa Ta'aala pertama menantang mereka agar mereka mendatangkan sepuluh surat yang sama dengan Al Qur’an, ternyata mereka tidak mampu. Kemudian Dia menantang mereka agar mendatangkan satu surat saja, dan ternyata mereka tidak mampu juga.

[25] Untuk membantu pekerjaan itu.

[26] Bahwa Al Qur’an dibuat oleh Muhammad. Dalam ayat ini terdapat dalil, bahwa Al Qur’an adalah mukjizat itu sendiri, oleh karenanya tidak ada satu pun manusia yang mampu mendatangkan yang semisalnya, tidak pula sepuluh surat, bahkan satu surat. Allah menantang orang-orang Arab yang ahli bahasa untuk mendatangkan satu surat saja, ternyata mereka tidak berani, karena mereka mengetahui bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuknya.

14. Jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka (katakanlah), “Ketahuilah[27], bahwa Al Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (masuk Islam)[28]?”

[27] Yakni wahai orang-orang musyrik.

[28] Setelah nyata buktinya.

Ayat 15-16: Orang-orang kafir diberikan apa yang mereka minta di dunia, namun di akhirat tidak ada yang mereka dapatkan selain neraka

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ (١٥) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٦)

Terjemah Surat Hud Ayat 15-16

15. Barang siapa menghendaki kehidupan dunia[29] dan perhiasannya[30], pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna)[31] dan mereka di dunia tidak akan dirugikan[32].

[29] Yakni dengan tetap di atas syirk. Ada yang berpendapat, bahwa ayat ini turun berkenaan orang-orang yang berbuat riya’. Ayat ini juga bisa tertuju kepada orang-orang yang beribadah dengan maksud memperoleh dunia dan perhiasannya, seperti mereka yang mau menjadi muazin dengan syarat diberi imbalan, mau menjadi imam masjid dengan syarat diberi imbalan, mau berdakwah jika dibayar sekian, dsb.

[30] Seperti wanita, anak-anak, harta yang banyak, emas, perak, kendaraan, hewan ternak, dan sawah ladang. Yakni barang siapa harapannya, usahanya dan amalnya tertuju kepada dunia dan perhiasannya saja, dan tidak berharap sama sekali kepada kehidupan akhirat, maka ia tidak memperoleh bagian sedikit pun di akhirat. Menurut sebagian ahli tafsir, bahwa ayat ini tertuju kepada orang kafir, karena kalau tertuju kepada orang mukmin, maka imannya akan menghalanginya dari sikapnya yang hanya berharap kepada dunia saja. Akan tetapi, ancaman ini tertuju kepada orang kafir maupun orang mukmin. Kepada orang mukmin, agar harapannya tidak tertuju kepada dunia saja, apalagi sampai menjadikan ibadah yang seharusnya dilakukan karena Allah, namun malah menjadikannya sarana untuk memperoleh dunia, Nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.

“Contoh-contoh yang menerangkan bagaimana manusia menginginkan dunia dengan amalannya:
1) Menginginkan harta, seperti orang yang adzan untuk mengambil upah mu’adzin, atau naik haji untuk mendapatkan harta.
2) Menginginkan kedudukan, seperti orang yang belajar agama di fakultas untuk mendapatkan ijazah, sehingga meninggi kedudukannya.
3) Menginginkan untuk menolak keburukan, penyakit dan musibah, seperti orang yang beribadah kepada Allah agar Allah membalasnya di dunia ini saja, yaitu dijadikan makhluk cinta kepadanya, menolak kejelekan darinya, dan yang semisalnya.
4) Seorang yang beribadah kepada Allah karena ingin dipandang oleh orang dengan cinta dan penghormatan. Dan masih banyak contoh lain.”
[31] Yakni Kami akan memberikan untuk mereka bagian dari kesenangan dunia sesuai yang tertulis dalam Lauh Mahfuzh.



[32] Apa yang telah ditetapkan untuk mereka tidaklah dikurangi, akan tetapi sampai di sinilah akhir kesenangan mereka.

16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia)[33] dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan[34].

[33] Seperti usaha mereka membuat makar terhadap kebenaran dan orang-orangnya, demikian pula amal baik mereka yang tidak didasari iman atau ikhlas karena Allah yang merupakan syarat diterimanya.

[34] Maksudnya apa yang mereka usahakan di dunia itu tidak ada pahalanya di akhirat.

* Beribadah semata-mata demi meraih jalan keluar dari permasalahan dunia atau mengharapkan rezeki di dunia dan tidak sama sekali mengharapkan balasan di akhirat atau tidak dilakukan karena Allah adalah termasuk syirik besar.

* Apa-apa yang ada di sisi Allâh Azza wa Jalla lebih bermanfaat dan lebih berguna daripada apa yang ada di sisi manusia.


* Termasuk Syirik, Keinginan Seseorang Untuk Meraih Dunia dengan Amalnya.

Related Posts:

0 Response to "Tafsir Hud Ayat 6-16"

Post a Comment